Sunday, April 24, 2011

RANGKAIAN SHALAT SUNNAH SUBUH

أُصَلِّى سُنَّةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ القِبْلَةِ أَداَءً ِللهِ تَعاَلىَ
“Saya niat shalat sunnah Subuh dua raka’at menghadap kiblat, tunai karena Allah”

Setiap raka’at setelah Fatihah : Surat Al-Kafirun, Surat Al-Ikhlas, Al-Baqoroh 136, Ali Imran 64, Surat Asy-Syarh (Alam Nasyroh) dan Surat Al-Fiil (Alam taro kaefa). Sebaiknya tambahkan ; Ali Imran ayat 53 dan Al-Baqoroh 119

Catatan :
Al-Baqoroh 136, yaitu ;
قُوْلُوْا آمَنَّا بِاللهِ وَمَاأُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَإِسْمَاعِيْلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوْبَ وَالأَسْبَاطِ وَمَاأُوْتِيَ مُوسَى وَعِيْسَى وَمَاأُوتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَبِّهِمْ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُوْنَ (البقرة ١٣٦)
Ali Imran 64, yaitu ;
قُلْ ياَأَهْلَ الكِتَابِ تَعَالَوْا إِلىَ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلاَ نَعْبُدَ إِلاَّ اللهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُناَ بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوْا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُوْنَ ( آل عمران ٦٤)
Ali Imran 53, yaitu ;
رَبَّنَا آمَنَّا بِمَاأَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْناَ الرَّسُولَ فَاكْتُبْناَ مَعَ الشَّاهِدِيْنَ (آل عمران ٥٣)
Al-Baqoroh 119, yaitu ;
إِنَّا أَرْسَلْناَكَ بِالحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا وَلاَ تُسْأَلُ عَنْ أَصْحَابِ الجَحِيْمِ (البقرة ١١٩)

Setelah salam membaca ; Ya Hayyu Ya Qoyyum 40x, Al-Ikhlas 11x, Al-Falaq 1x, An-Naas, 1x dan Tasbih 100x
Catatan :
Ya Hayyu Ya Qoyyum 40x, bacaan selengkapnya yaitu ;
ياَحَيُّ ياَقَيُّوْمُ لاَإِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ

Wahai Dzat Yang maha hidup, Wahai Dzat Yang maha berdiri, tiada tuhan yang disembah melainkan Engkau


Tasbih 100x, bacaan tasbihnya yaitu :
سُبْحاَنَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحاَنَ اللهِ العَظِيْمِ أَسْتَغْفِرُ اللهَ
Maha suci Allah dan dengan memujiNya, Maha suci Allah yang maha Agung,  aku memohon ampunan pada Allah.

Kemudian membaca do’a setelah shalat sunnah Subuh ;
سُبْحاَنَ مَنْ تَعَزَّزَ بِالعُظْمَةِ سُبْحاَنَ مَنْ تَرَدَّى بِالكِبْرِياَءِ سُبْحاَنَ مَنْ تَفَرَّدَ بِالوَحْدَانِيَّةِ سُبْحاَنَ مَنْ احْتَجَبَ بِالنُّوْرِ سُبْحاَنَ مَنْ قَهَّرَ العِباَدَ بِالمَوْتِ سُبْحاَنَ مَنْ لاَيَفُوْتُهُ فَوْتٌ سُبْحاَنَ الأَوَّلُ المُبْدِئُ سُبْحاَنَ الآَخِرُ المُفْنِى سُبْحاَنَ مَنْ تُسَمَّى قَبْلَ أَنْ يُسَمَّى سُبْحاَنَ مَنْ عَلَّمَ آدَمَ الأَسْماَءَ سُبْحاَنَ مَنْ كاَنَ عَرْشُهُ عَلَى الماَءِ سُبْحاَنَ مَنْ لاَيَعْلَمُ قَدْرَهُ غَيْرُهُ (سُبْحاَنَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحاَنَ اللهِ العَظِيْمِ 3×) سُبْحاَنَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّايَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ وَالحَمْدُ ِللهِ رَبِّ العاَلَمِيْنَ
Maha suci Allah Yang mulia dengan keagungan, Maha suci Allah Yang selalu perkasa dalam kesombongan, Maha suci Allah Yang selalu tunggal dengan keesaan, Maha suci Allah Yang tersembunyi dengan cahaya, Maha suci Allah Yang menguasai hambaNya dengan kematian, Maha suci Allah Yang tidak akan pernah tidak mampu berbuat apapun, Maha suci Allah Yang maha awal dan maha memulai, Maha suci Allah Yang maha akhir dan maha membinasakan, Maha suci Allah Yang diberi nama sebelum Dia dinamai, Maha suci Allah Yang mengajarkan Adam beberapa nama, Maha suci Allah Yang keberadaan ‘ArasyaNya di atas air, Maha suci Allah Yang tidak tahu kekuasaan Allah selain diriNya, ( Maha suci Allah dan dengan segala pujian kepadaNya, Maha suci Allah yang maha agung, 3 kali ) Maha suci Tuhanmu, Tuhan yang jauh dari dugaan orang-orang kafir, keselamatan semoga terlimpah kepada para utusan Allah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

Kemudian sebelum melakukan shalat fardu Subuh, sunnah berbaring dulu sebentar ke kanan menghadap kiblat seperti jenazah di kubur,  sambil membaca do’a berikut 3 kali ;

أَللَّـهُمَّ رَبَّ جِبْرِيْلَ وَمِيْكاَئِيْلَ وَإِسْرَافِيْلَ وَعِزْرَائِيْلَ وَرَبَّ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجِرْنِى مِنَ النَّارِ
Ya Allah Pengurus Jibril, Mikail, Israfil, Izroil dan Pengurus baginda Muhammad Saw lindungilah aku dari api neraka

Barulah melaksanakan shalat fardu Subuh. Allah mengetahui segalanya.
(Sumber ; Kitab Nihayatuz-zein Syekh Nawawi hal. 100)

Saturday, April 9, 2011

MUKJIZAT SHALAT BERJAMA’AH

مَنْ مَشَى إِلىَ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ فيِ الجَماَعَةِ فَهِيَ كَحَجَّةٍ وَمَنْ مَشَى إِلىَ صَلاَةِ تَطَوُّعٍ فَهِيَ كَعُمْرَةٍ تاَمَّةٍ
Barangsiapa melangkahkan kaki untuk melaksanakan shalat fardu berjama’ah maka itu laksana melaksanakan ibadah Haji. Barangsiapa melangkahkan kaki untuk melaksanakan shalat sunnah maka itu laksana melaksanakan ibadah Umrah sempurna. (HR. Thabraniy)

وَحَقِيْقَةُ الجَماَعَةِ هُناَ الاِرْتِباَطُ الحاَصِلِ بَيْنَ الإِماَمِ وَالمَأْمُوْمِ وَلَوْ وَاحِدًا وَهِيَ مِنْ خَصاَئِصِ هَذِهِ الأُمَّةِ كاَلجُمْعَةِ وَالعِيْدَيْنِ وَالكُسُوْفَيْنِ وَالاِسْتِسْقاَءِ

Hakikat shalat berjama’ah di sini ialah kesinambungan yang didapatkan antara imam dan makmum, meskipun satu orang makmum. Shalat berjama’ah ini ialah ketentuan khusus ummat ini, seperti shalat jum’at, shalat hari raya, shalat gerhana dan shalat Istisqo.

قاَلَ المَناَوِيْ وَحِكْمَةُ مَشْرُوْعِيَّتِهاَ قِياَمُ نِظاَمِ الأُلْفَةِ بَيْنَ المُصَلِّيْنَ , وَلِذَا شُرِعَتْ المَساَجِدُ فيِ المَحاَلِ لِيَحْصُلَ التَّعَاهُدُ بِاللِّقاَءِ فيِ أَوْقاَتِ الصَّلاَةِ بَيْنَ الجِيْرَانِ وَِلأَنَّهُ قَدْ يُعْلَمُ الجاَهِلُ مِنَ العَالِمِ ماَ يَجْهَلُهُ مِنْ أَحْكاَمِهَا وَِلأَنَّ مَرَاتِبَ النَّاسِ مُتَفَاوِتَةٌ فيِ العِباَدَةِ فَتَعُوْدُ بَرْكَةُ الكَامِلِ عَلَى النَّاقِصِ فَتَكْمُلُ صَلاَةُ الجَمِيْعِ اهـ  

Imam Al-Manawiy berkata : Hikmah diberlakukan shalat berjama’ah ialah mempererat hubungan sosial antara orang-orang shalat. Oleh karenanya, diberlakukan juga mendirikan mesjid di suatu tempat, agar bisa lebih memperhatikan waktu shalat berjama’ah antara masyarakat, juga agar bisa menyempurnakan shalat orang-orang awam, karena martabat ibadah manusia itu beragam, dengan demikian keberkahan yang sempurna akan menutupi shalat yang kurang, yang pada akhirnya shalat yang dilakukan semuanya akan menjadi sempurna. SHALAT SEMPURNA MERUPAKAN MUKJIZAT TIDAK TERNILAI.

وَقَدْ وَرَدَ فيِ فَضْلِهاَ أَحاَدِيْثٌ كَثِيْرَةٌ مِنْهاَ ؛ ماَرَوَاهُ التُّرْمُذِي عَنْ أَنَسَ أَيْضًا - مَنْ صَلَّى أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا فيِ جَماَعَةٍ يَدْرِكُ التَّكْبِيْرَةَ الأُوْلىَ كُتِبَ لَهُ بَرَاءَتاَنِ بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ -

Mukjizat shalat berjamah banyak tertuang dalam hadits-hadits, diantaranya riwayat Turmudzi dari Anas berikut - “Barangsiapa shalat berjama’ah selama empat puluh hari berjama’ah, dengan mengejar Takbiratul-Ihram bersama Imam, maka baginya dicatat dua poin titik aman, bebas api neraka dan bebas kemunafikan”-.

وَفيِ المَنْحِ السَّنِيَّةِ عَلَى الوَصِيَّةِ المَتْبُوْلِيَّةِ لِلْقُطُبْ الشَّعْرَانِي ماَ نَصَّهُ - وَقَدْ كاَنَ السَّلَفُ يَعِدُوْنَ فَوَاتَ صَلاَةِ الجَماَعَةِ مُصِيْبَةً وَقَدْ وَقَع أَنَّ بَعْضَهُمْ خَرَجَ إِلىَ حَائٍطٍ لَهُ يَعْنِي حَدِيْقَةَ نَخْلٍ فَرَجَعَ وَقَدْ صَلَّى النَّاسُ صَلاَةَ العَصْرِ فَقاَلَ إِنَّا ِللهِ فَاتَتْنِي صَلاَةُ الجَماَعَةِ أُشْهِدُكُمْ عَلَيَّ أَنَّ حاَئِطِيْ عَلَى المَساَكِيْنَ صَدَقَةً -

Dalam pustaka Al-Manhu Saniyyah (Wasiat Nabi SAW) disusun oleh Al-Qutub Asya’roniy ada catatan berikut – “Para Ulama salaf (sahabat) meyakini bahwa tertinggal shalat berjama’ah adalah musibah. Suatu hari salah seorang sahabat pernah pergi keluar rumah menuju kebun kurma, ketika kembali ternyata orang-orang sudah melaksanakan shalat Asar berjama’ah, ia tertinggal shalat berjama’ah. Dan ia pun berkata ; “Inna Lillah, saya tertinggal shalat berjama’ah, saksikan kepada kalian semua, bahwa saya nadzar (memberi wajib) kebun kurma saya disedekahkan untuk orang-orang miskin (sebagai kifarat dosa yang berakibat tertinggal shalat berjama’ah)” -.

وَفاَتَتْ عَبْدُ اللهِ بِنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُماَ صَلاَةَ العِشاَءِ فيِ الجَمَاعَةِ فَصَلَّى تِلْكَ اللَّيْلَةِ حَتَّى طَلَعَ الفَجْرُ جَبْرًا لِماَ فاَتَهُ مِنْ صَلاَةِ العِشاَءِ فيِ الجَمَاعَةِ

Abdullah bin Umar ra suatu saat pernah tertinggal shalat berjama’ah Isya karena sesuatu, kemudian beliau melaksanakan shalat Isya tersebut berulang-ulang sampai terbit fajar, untuk menambal martabat berjama’ah shalat Isya yang tertinggal.

وَعَنْ عُبَيْدِ اللهِ بِنْ عُمَرْ القَوَارِيْرِيْ رَحِمَهُ اللهُ تَعاَلىَ قاَلَ ؛ لَمْ تَكُنْ تَفُوْتَنِي صَلاَةٌ فيِ الجَماَعَةِ فَنَزَلَ بِي ضَيْفٌ فَشَغَلْتُ بِسَبِبِهِ عَنْ صَلاَةِ العِشَاءِ فيِ المَسْجِدِ فَخَرَجْتُ أَطْلُبُ المَسْجِدَ ِلأُصَلِّيْ فِيْهِ مَعَ النَّاسِ فَإِذاً المَسَاجِدُ كُلُّهاَ قَدْ صَلَّى أَهْلُهَا وَغُلِقَتْ فَرَجَعْتُ إِلىَ بَيْتِي وَأَناَ حَزِيْنٌ عَلَى فَوَاتِ صَلاَةِ الجَمَاعَةِ فَقُلْتُ وَرَدَ فيِ الحَدِيْثِ إِنَّ صَلاَةَ الجَمَاعَةِ تَزِيْدُ عَلَى صَلاَةِ الفَذِّ سَبْعًا وَعِشْرِيْنَ فَصَلَيْتُ العِشَاءَ سَبْعًا وَعِشْرِيْنَ مَرَّةً ثُمَّ نُمْتُ فَرَأَيْتُنِي فيِ المَناَمِ عَلَى فَرْسٍ مَعَ قَوْمٍ عَلَى خَيْلٍ وَهُمْ أَمَامِيْ وَأَناَ أَرْكِضُ فَرْسِي خَلْفَهُمْ فَلاَ أَلْحِقُهُمْ فاَلْتَفَتُ إِليَ وَاحِدٍ مِنْهُمْ وَقاَلَ تَتْعَبُ فَرْسَكَ فَلَسْتَ تَلْحَقُناَ فَقُلْتُ وَلِمَ ياَ أَخِيْ قَالَ ِلأَنَّا صَلَّيْناَ العِشاَءَ فيِ الجَماَعَةِ وَأَنْتَ قَدْ صَلَّيْتَ وَحْدَكَ فاَسْتَيْقَظْتُ وَأَناَ مَهْمُوْمٌ حَزِيْنٌ

Syekh Ubaedillah bin Umar Al-Qowaririy rhm bercerita ; Saya memang tidak pernah tertinggal shalat berjama’ah, suatu saat saya kedatangan tamu dan tentunya saya sibuk melayani tamu itu sehigga saya tertinggal shalat berjama’ah Isya di mesjid tepat awal waktu. Setelah tamu pulang kemudian saya langsung pergi ke mesjid agar bisa shalat Isya berjama’ah meskipun tidak awal waktu, ketika sampai mesjid, ternyata semua orang sudah melaksanakan shalat Isya, bahkan pintu mesjid sudah terkunci. Akhirnya saya pulang ke rumah dengan penuh penyesalan. Sebelum masuk rumah, tiba-tiba teringat dalam benak saya sebuah hadits “Sesungguhnya shalat berjama’ah itu melebihi shalat 27 kali sendirian” kemudian saya melaksanakan shalat Isya 27 kali dengan harapan dapat mengimbangi martabat shalat berjama’ah, setelah shalat saya pun tidur.

Dalam tidur saya bermimpi, saya mengendarai kuda beserta orang-orang, saya berada di belakang sedangkan orang-orang berada jauh di depan, saya memacu kuda agar bisa seiring bersama mereka, namun sayang saya tidak sanggup mengejarnya. Kemudian saya memandang salah satu dari mereka.

“Kamu menyusahkan kuda mu, meskipun memacu dengan kecepatan tinggi kamu tidak akan sanggup mengejar kami”. Begitu ia berkata kepada saya. “Mengapa hai kawan?”  Saya bertanya kepadanya. “Karena kami melaksanakan shalat Isya berjama’ah sedangkan kamu melaksanakan shalat Isya sendirian meskipun dilakukan sampai 27 kali”. Jawabnya. Mendangar jawaban itu, saya pun terbangun, sedih bercampur penyesalan.

وَقَالَ بَعْضُ السَّلَفِ ماَ فاَتَتْ أَحَدًا صَلاَةُ الجَمَاعَةِ إِلاَّ بِذَنْبٍ أَصَابَهُ وَقَدْ كاَنُوْا يَعِزُوْنَ أَنْفُسَهُمْ سَبْعَةَ أَيَّامٍ إِذَا فَاتَتْ أَحَدُهُمْ صَلاَةَ الجَمَاعَةِ وَقِيْلَ رَكْعَةً وَيَعِزُوْنَ أَنْفُسَهُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ إِذَا فاَتَتْهُمُ التَّكْبِيْرَةُ الأُوْلىَ مَعَ الإِماَمِ فاَعْلَمْ ذَلِكَ ياَ أَخِيْ اهـ  

Sebagian Ulama Salaf (Sahabat) berkata ; Tidak semata-mata mengalami tertinggal shalat berjama’ah melainkan hal itu hanya disebabkan suatu dosa yang telah di perbuat. Diantara mereka sering mengkarantina diri selama satu minggu untuk proses rehabilitasi apabila salah seorang dari mereka tertinggal shalat berjama’ah bahkan sekalipun hanya tertinggal satu raka’at. Mereka juga melakukan rehabilitasi diri mereka selama tiga hari apabila dalam shalat berjama’ah itu tertinggal Takbiratul-Ikhram bersama imam, renungkanlah hal ini wahai sahabatku..?!

Allah mengetahui segalanya

Pustaka : Kitab I’anathuth-Thalibin Syekh Abu Bakar bin Muhammad Syatho Ad-Dimyatiy

KONSULTASI HUKUM ISLAM

KAJIAN HARI SABTU

KAJIAN HARI MINGGU

TADARUS MALAM RABU

SYARAH SAFINATUN-NAJA

SYARAH SAFINATUN-NAJA
TERJEMAH KASYIFATUS-SAJA SYARAH SAFINATUN-NAJA

WASPADAI BELAJAR TANPA GURU

WASPADAI BELAJAR TANPA GURU
Ketika mendapatkan ilmu agama Islam tanpa bimbingan guru Maka jelas gurunya syetan, bahkan kesesatan akan lebih terbuka lebar Waspadailah belajar agama Islam tanpa bimbingan guru. Nah, apakah anda punya guru? .. kunjungilah beliau…!! Apabila ingin mendapat ilmu manfaat dan terjaga dari kesesatan

SILSILAH GURU AHMAD DAEROBIY (KANG DAE)