بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang
الحَمْدُ ِللهِ الَّذِى جَعَلَ النُّجُوْمَ
لِيَهْتَدُوْا بِهاَ فىِ الظُّلُماَتِ البَرِّ , وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى
خَيْرِ خَلْقِهِ شَمْسِ الهُدَى وَسَيِّدِ البَشَرِ , وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ
نُجُوْمَ الدِّيْنِ لِلأَوَّلِ وَالأَخِرِ ؛ وَبَعْدُ
Segala puji bagi Allah, Dia yang menciptkan banyak bintang di langit
agar makhluq mendapat penerangan di dalam kegelapan malam. Sholawat serat salam
semoga terlimpah terhadap sebaik-baiknya makhluq yaitu laksana matahari pemberi
petunjuk dan selaku pemimpin manusia. Sholawat salam semoga juga terlimpah atas
keluarga sereta para sahabat beliau, mereka adalah laksana bintang-bintang
agama bagi ummat pertama dan ummat yang terakhir. Kemudian dari pada itu ;
فَهَذِهِ مُخْتَصَرَةٌ فىِ بَياَنِ
اسْتِخْراَجِ حَرَكاَتِ الشَّمْسِ وَالقَمَرِ لِمَعْرِفَةِ أَواَئِلِ الشُّهُوْرِ
مَنْقُوْلٌ مِنْ زَيْغِ الشَّيْخِ العَلاَمَةُ المَشْهُوْرُ بِأَهْلِ الهَيْئَةِ
الشَّيْخُ دَخْلاَنُ السَّماَراَنىِ عَلَيْهِ الرَّحْمَةُ وَاللُّطْفُ
الرَّباَّنىِ
Buku ini ada ringkasan yang mengetengahkan gerak perputaran Matahari
dan Bulan untuk mengetahui permulaan bulan. Di kutif dari catatan guru yang
sangat tinggi Ilmunya yang di kenal dengan ahli menghitung Falaq yaitu Syekh
Dahlan Semarang, semoga kepada beliau di karuniakan rahmat dan kasih sayang
Tuhan pengurus Alam.
دَعاَنىِ إِلىَ ذَلِكَ وَإِنْ كُنْتُ أَهْلاً
لِتِلْكَ المَساَلِكِ حَيْثُ إِنِّى قَدْ عَمِلْتُ مِراَراً فَرَصَدْتُهاَ لَيْلاً
وَنَهاَراً فَوَجَدْتُهاَ صَحِيْحَةً وَتَواَفُقِ الواَقِعَةِ الصَّرِيْحَةِ
فَأَعْنَيْتُ بِجَمْعِهاَ مِنْ أَيْدِى الأَصْدِقاَءِ بِزِياَدَةِ ماَ اسْتَطَعْتُ
مِنَ الأَنْباَءِ
Kami merasa terpanggil untuk menyusun buku ini, meski kami harus
menjadi ahli dalam menempuh penguasaan ilmu ini, sekiranya kami telah berulang
kali mengamalkan ilmu ini, menghitung falaq di waktu siang dan malam. Maka kami
temukan kebenarannya serta sesuai dengan apa yang terjadi, kemudian kami
menghimpun ilmu ini dari orang-orang yang memang telah ahli serta kami
tambahkan dengan hal-hal lainnya sesuai dengan kemampuan.
إِلاَّ وَهِىَ الرِّساَلَةُ المُخْتَصَرَةُ فىِ
بَياَنِ كَيْفِيَةِ الإِسْتِخْراَجِ لِيَسْهُلَ بِهاَ العَمَلُ لِلْمُحْتاَجِ
أَصْلُهاَ بِتَسْمِيَّةِ فَتْحُ الرَّؤُوْفُ المَناَنِ
Hanya catatan inilah sebagai ringkasan yang menjelaskan tatacara
menghitung falaq untuk mengetahui perbulaan bulan. Agar senantiasa dapat mudah
mengamalkan bagi orang yang memerlukannya. Sumber kitab ini adalah
FATHUR-RAUFUL MANAN.
وَهَذِهِ التَّرْجَمَةُ سَمَّيْتُهاَ سَيَرُ
القَمَرِ بِخَطِّ أَحْمَدْ دَيْراَبىِ غَفَرَ اللهُ تَعاَلىَ جَمِيْعَ ذُنُوْبِهِ
بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ تَعاَلىَ
Kemudian buku terjemahnya ini kami namakan SAERUL-QOMAR penyusunnya
Ahmad Daerobiy, semoga Allah Swt mengampuni segala dosa-dosanya, dengan fadlol
dan kemurahan Nya.
وَبِاللهِ تَعاَلىَ المُسْتَعاَنُ وَإِلَيْهِ
التُّكْلاَنُ وَمِنَ اللهِ أَسْأَلُ النَّفْعَ عَلَى مُرُوْرِ الأَزْماَنِ
1. ( قه = دَقِيْقَةْ ) Daqiqoh, artinya : Menit (1 menit = 60 detik )
2. ( جه = دَرَجَةٌ ) Darjah, artinya : Derajat ( 1 derajat = 60
detik )
3. ( ج = بُرُوْجْ ) Buruj, artinya : Rasi Bintang (1 buruj = 30
Derajat)
4. ( عه = ساَعَةٌ ) Sa’ah, artinya : Jam (1 jam = 60 menit)
5. ( م = يَوْمٌ ) Yaom, artinya : hari ( 1 hari 24 jam )
6. ( نى = ثَواَنِى ) Tsawaniy, artinya : Detik (1 detik = 60 second)
7. ( لث = ثَواَلِثْ ) Tsawalits, artinya : Second
tolong carikan terjemahan kitab fathul manan mas?
ReplyDeletekarna saya cari-cari di blog yang lain rata-rat gak ada.
DALIL PENGAMALAN HISAB
ReplyDeleteبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
فاَئِدَةٌ ؛ الحاَصِلُ أَنَّ صَوْمَ رَمَضَانَ يَجِبُ بِأَحَدِ تِسْعَةِ أُمُوْرٍ ؛ إِكْماَلِ شَعْباَنَ ، وَرُؤْيَةِ الهِلاَلِ ، وَالخَبَرِ المُتَوَاتِرِ بِرُؤْيَتِهِ وَلَوْ مِنْ كُفاَرٍ ، وَثُبُوْتِهِ بِعَدْلِ الشَّهاَدَةِ ، وَبِحُكْمِ القاَضِي المُجْتَهِدِ إِنْ بَيَّنَ مُسْتَنَدَهُ ، وَتَصْدِيْقِ مَنْ رَآهُ وَلَوْ صَبِيّاً وَفَاسِقاً ، وَظَنٍّ بِالاِجْتِهاَدِ لِنَحْوِ أَسِيْرٍ لاَ مُطْلَقاً ، وَإِخْباَرِ الحاَسِبِ وَالمُنْجِمِ ، فَيَجِبُ عَلَيْهِماَ وَعَلَى مَنْ صَدَّقَهُمَا عِنَدَ (م ر) أى الرَّمْلِى
Faidah : Walhasil bahwa kewajiban puasa Ramadhan itu disebabkan terdapat salah satu diantara sembilan hal ;
1. Menyempurnakan bulan sya’ban 30 hari
2. Melihat hilal
3. Khabar umum bahwa hilal sudah terlihat meski dari kaum kafir
4. Keputusn dari seorang adil kesaksiannya
5. Keputusan pemerintah dengan didasari hati-hati yang disertai penjelasan nara sumbernya
6. Membenarkan seseorang yang telah melihat hilal, meskipun ia anak kecil atau seorang fasiq
7. Kuat dugaan berdasarkan kehati-hatian, ini bagi orang yang sedang dalam tahanan dan tidak mutlak
8. Khabar dari seorang hasib (tukang hitung ilmu palak) dan
9. khabar dari tukang nujum (astronomi)
Menurut Imam Ar-Ramly keduanya (hasib dan nujum) wajib berpuasa Ramadhan atau berbuka (lebaran) atas temuan mereka dan orang-orang yang membenarkan mereka.
(Nara Sumber ; DVD Syamilah, Fiqih Asy-Syafii, kitab Bugiyatul Murtasyidin Hal. 228)
ETIKA PENGAMALAN HISAB
(مَسْأَلَةٌ : ش) رَأَىْ هِلاَلَ شَوَّالٍ وَحْدَهُ لَزِمَهُ الفِطْرُ وَيُسَنُّ لَهُ إِخْفاَؤُهُ لِلتُّهْمَةِ وَتُنْدَبُ لَهُ صَلاَةُ العِيْدِ وَهَلْ يُعِدُهاَ مَعَ النّاَسِ الأَقْرَبِ ؟ نَعَمْ
(Masalah Syin) Jika seseorang sendirian melihat hilal (atau dengan hisab) di bulan syawal maka baginya wajib berbuka (lebaran), dan disunnahkan baginya menyembunyikan buka, karena khawatir di sangka keliru, dan juga disunnahkan baginya melaksanakan shalat sunnah Idul fitri (jika sendirian tidak perlu memakai khutbah). Dan apakah ia mengulang shalat idul fitri-nya bersama orang umum terdekat ? Ya ikut (melaksanakan shalat idul fitri bersama orang umum).
وَلاَ يُصَلِّي مَعَهُ ماَ لَمْ يَرَ الهِلاَلَ بَلْ لاَ تَصِحُ إِنْ عَلِمَ وَتَعَمَّدَ وَإِلاَّ وَقَعَتْ نَفْلاً مُطْلَقاً وَحَرُمَ عَلَى غَيْرِهِ الفِطْرُ وَإِنْ وَقَعَ فيِ قَلْبِهِ صِدْقُ رَائْيِهِ
Jangan melaksanakan shalat idul fitri jika belum melihat hilal (meskipun dengan hisab), bahkan shalat idul fitri-nya tidak sah jika ia tahu dan sengaja. Sebaliknya, jika tidak tahu atau tidak sengaja maka shalat idul fitrinya menjadi shalat sunnah mutlak. Haram bagi orang lain berbuka (mengikuti dirinya yang kesalahan) meskipun hati orang lain itu membenarkannya melihat hilal.
وَأَوَّلُ شَوَّالٍ يَكُوْنُ يَوْمَ عِيْدِ النّاَسِ فيِ جَمِيْعِ الأَحْكاَمِ فَإِنْ ثَبَتَ هِلاَلُهُ قَبْلَ الزَّوَالِ فَظَاهِرٌ أَوْ بَعْدَهُ وَجَبَ الفِطْرُ وَفاَتَتْ صَلاَةُ العِيْدِ وَنُدِبَ قَضَاؤُهاَ بَقِيَّةَ اليَوْمِ حَيْثُ أَمْكَنَ وَإِلاَّ فَمِنَ الغَدِ
Awal bulan syawal ialah hari lebaran orang umum di semua lini hukum, oleh karenanya apabila hilal ditetapkan sebelum tergelincir matahari maka itu jelas (belum lebaran), namun apabila hilal ditetapkan setelah tergelincir matahari maka wajib berbuka (lebaran) dan ia tertinggal melaksanakan shalat idul fitri, akan tetapi disunnahkan meng-qodlo-nya di sisa hari tersebut (sore-nya) sekiranya memungkinkan. Jika tidak mungkin, maka keesokan harinya.
أَوْ بَعْدَ الغُرُوْبِ مِنْ قاَبِلٍ ثَبَتَ كَوْنُ اليَوْمِ الماَضِي مِنْ شَوَّالٍ بِالنِّسْبَةِ لِغَيْرِ الصَّلاَةِ وَتَوَابِعِهاَ كاَلفِطْرَةِ وَالتَّكْبِيْرِ فَتُصَلِّى مِنَ الغَدِ أَدَاءً اهـ.
Atau apabila hilal ditetapkan setelah terbenam matahari di hari kemudian bahwa hari kemaren termasuk awal syawal, ini dinisbatkan pada selain shalat idul fitri dan hal-hal terkait shalat id, seperti zakat fitrah dan takbir, maka shalat idul fitri bisa dilakukan keesokan hari-nya, dilakukan ada-an (tunai) bukan qodlo.
(Sumber ; Fiqih Asy-Syafii, kitab Bugiyatul Murtasyidin Hal. 229)
Qobiltu Alhamdulillah syukron kasir
ReplyDelete