بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمّنِ الَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang
MAKNA
KALIMAT TAUHID
Sebagaimana kita maklumi,
bahwa orang yang telah masuk agam Islam adalah dia yang telah meyakini bahwa
sesungguhnya tiada tuhan yang wajib disembah melainkan hanya Allah Swt dan
meyakini bahwa baginda Muhammad Saw adalah utusan Allah. Dan demikian pula
makna harfiyah dari kalimat Tauhid yang berbunyi :
لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدُ رَسُوْلُ اللهِ
Seorang manusia yang berakal
sehat niscaya mengharapkan selamat, mengharapkan bahagia dan meraih kesuksesan
di dunia dan di akhirat, di dunia sejahtera dan di akhirat masuk sorga.
Untuk mendapatkan harapan
tersebut jalan yang harus ditempuh adalah hanya dengan mempertahankan keyakinan
“Tiada tuhan yang wajib disembah melainkan hanya Allah Swt dan baginda
Muhammad Saw adalah utusan Allah”. Termasuk didalamnya menghayati kandungan
makna kalimat Tauhid serta menyatakannya dalam bentuk “Menyembahkan diri” yang
sesungguhnya kepada Allah Swt di dalam kondisi apapun.
MENGENTASKAN
KEMISKINAN
Disamping
memiliki kandungan makna yang sangat luas, disisi lain kalimat Tauhid memiliki
banyak keutamaan yang luar biasa, diantaranya disebutkan oleh Syekh
Al-Fakahaniy :
إِنَّ مُلاَزِمَةَ ذِكْرِهاَ عِنْدَ دُخُوْلِ
المَنْزَلِ تُنْفِى الفَقْرَ
Artinya : “Sungguh
membiasakan diri membaca kalimat Tauhid pada saat masuk ke rumah adalah akan
menghilangkan kefakiran”.
Dengan
demikian, seorang Muslim selayaknya membiasakan diri untuk membaca kalimat
Tauhid ketika akan masuk ke rumah, karena manfaat dari kebiasaan seperti itu
mampu mengentaskan kemiskinan dan kefakiran, yang konon program mengentaskan
kemiskinan ini sering digembar-gemborkan pemerintah. Padahal dalam hal
mengentaskan kemiskinan, agama Islam sendiri memberikan solusinya, ajaran Islam
berarti ajaran dari Allah Swt dan ajaran
Allah mustahil dusta. Hanya saja orang terkadang lebih percaya dengan
ajaran luar agama Islam, sehingga orang masih cenderung mengandalkan usaha
dengan kemampuan dirinya sendiri dibanding memperhatikan atau melihat petunjuk
dari Allah Swt, yaitu terbiasa membaca kalimat Tauhid ketika masuk rumah.
MENGHAPUS
EMPAT RIBU DOSA BESAR
Diantara
keutamaan membaca kalimat Tauhid adalah dapat menghapus empat ribu macam
dosa-dosa besar, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam
kitab Imam As-Sanusiy sebagai berikut :
أَنَّ مَنْ قاَلَ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَمَدَّهاَ هَدَمَتْ لَهُ أَرْبَعَةُ آلاَفِ ذَنْبٍ مِنَ الكَباَئِرِ
Artinya
:
“Sesungguhnya
barang siapa membaca kalimat Tauhid لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ dan
memanjangkannya, maka baginya akan dihapus empat ribu macam dosa besar”.
Pada
saat itu para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, lalu bagaimana apabila satupun
dia tidak memiliki dosa besar ?”, Rasulullah menjawab ; “Maka yang dihapuskan
empat ribu macam dosa besar adalah keluarga dan para tetangganya”.
Dalam
membaca panjang kalimat Tauhid, para Ulama mengajarkan sebagai berikut :
a.
Ketika melafalkan LA dan bibaca lebih panjang sambil kepala berpaling
ke sebelah kanan dan hati menghayati artinya yaitu “tidak ada”.
b.
Ketika melafalkan ILAHA sambil kepala bergerak ke bagian tengah dan
hati menghayati artinya yaitu “Tuhan yang wajib disembah”.
c.
Ketika melafalkan ILLALLAH sambil kepala berpaling kesebalah kiri dan
hati menghayati artinya yaitu “melainkan Allah”.
d. Setelah nya, dihadirkan dalam
hati kalimat مُحَمَّدُ
رَسُوْلُ اللهِ sambil menghayati
artinya yaitu “Muhammad adalah utusan Allah”. Hal ini untuk membedakan cara
membaca kalimat Tauhid dengan umat terdahulu sebelum baginda Nabi Muhammad,
karena umat dahulu membaca kalimat Tauhid tanpa diringi مُحَمَّدُ
رَسُوْلُ اللهِ .
PEMBACANYA DIJAGA DARI SEMBILAN PULUH SEMBILAN PINTU MUSIBAH
Diantara
keutamaan membaca kalimat Tauhid adalah dapat melindungi pembacanya dari
sembilan puluh sembilan pintu musibah, sebagaimana hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Ibnu ‘Asaakir yang diterima dari Imam Ibnu Abbas, yaitu sebagai
berikut :
إِنَّ قَوْلَ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
تَدْفَعُ عَنْ قاَئِلِهاَ تِسْعَةَ وَتِسْعِيْنَ باًباً مِنَ البَلاَءِ أَدْناَهاَ
الهَمُّ .
Artinya : Sesungguhnya bacaan kalimat tauhid لآ إِلَهَ إِلاَّ الله akan menjaga
atau melindungi para pembacanya dari sembilan puluh sembilan macam pintu
musibah, dan musibah yang paling rendah adalah mengalami keresahan”.
Sungguh luar biasa, hanya membaca satu kali saja akan menjaga dan
melindungi pembacanya dari sembilan pulu sembilan macam musibah yang berat, kecuali kematian, seperti musibah
kebakaran, musibah banjir, tanah longsor dll. paling rendah adalah resah atau
bingung.
Apabila
timbul pertanyaan, “Mengapa musibah tetap datang dan menimpa, sedangkan mereka
sering sekali membaca kalimat tauhid ?”
Ingat
!, dalam hal ini terdapat beberapa faktor penyebab musibah itu menimpa,
diantaranya :
a.
Membaca dua kalimat tauhid dalam keadaan lalai kepada Allah Swt, atau
b.
Pembaca kalimat tauhid tidak meyakini terdapat keutamaan tersebut, atau
c.
Dia melakukan suatu dosa, yang cara menghapuskan dosa tersebut adalah
hanya dengan menimpakan musibah itu.
Keutamaan
kalimat Tauhid mustahil dusta atau hanya isapan jempol semata, karena demikian
itu ajaran Allah Swt. Manusia harus sering intropeksi dan memeriksakan diri
keadaan rohani dirinya kepada para Ulama yang ahli agama yang selalu
memperhatikan tatakrama dalam agama Islam.
Diantara
tatakrama seorang muslim secara lahiriyah adalah tidak pernah membuka peci atau
tutup kepala, kecuali keadaan darurat. Terlebih-lebih memenuhi kewajiban
menutup aurat, baik lelaki ataupun perempuan.
HIKAYAT
KETEGUHAN IMAN
Hikayat
ini diterima dari seorang Ulama besar, yaitu Syekh Abdul Wahid bin Zaed, sebuah
hikayat nyata dari pengalaman sendiri, beliau berkata, kisahnya sebagai berikut
:
Suatu
hari saya sedang berada di atas kapal layar di tengah laut, tiba-tiba datang
angin topan besar menerpa dan menyeret kapal layar yang saya tumpangi, saya
bersyukur selamat namun saya terdampar disebuah pulau, lalu saya pun memasuki
pulau itu untuk lebih menyelamatkan diri.
Setelah
masuk ke pulau itu lebih dalam ternyata di pulau itu ada seorang manusia, saat
itu saya melihat dia sedang menyembah berhala. Setelah cukup lama istirahat dan
menceritakan apa yang baru saja saya alami, saya memberanikan diri berkata,
“apakah saudara menyembah berhala ini dan dijadikan Tuhan ? sementara di tempat saya banyak orang yang bisa membuat
Tuhan yang saudara sembah ini ?”. ”Lalu tuhan saudara sendiri siapa ?”, dia
balik bertanya. “Saya menyembah Allah Swt, yaitu Tuhan yang menciptakan ‘Arsy
diatas langit, yang menciptakan hamparan bumi dan yang menciptakkan lautan
luas”, jawab saya mantap. “Siapa yang mengajarkan sudara seperti itu ?”. dia
seolah ingin lebih tahu. ”Ada utusan-Nya yang sampai kepada kami dan
mengajarkan hal itu”, jawab saya penuh kesungguhan. “Apa yang dikerjakan utusan
Tuhan saudara itu ?”. tanyanya semakin penasaran. “Allah Swt yaitu Tuhan kami,
Dia mengirim utusan-Nya hanya untuk menyampaikan ajaran-Nya”, jawab saya.
“Apakah saudara memiliki tanda-tanda akan kebenaran ada utusan-Nya ?”, tanyanya
dengan pebuh semangat. “Benar, dan tandanya adalah ada firman-firman-Nya
melalui lisan utusan-Nya itu”, jawab saya. “Apa saudara memiliki
firman-firman-Nya itu ?”, tanyanya, ingin lebih banyak tahu.
Kemudian
saya membacakan firman-firman Allah Swt dengan melantunkan ayat-ayat suci
Al-Qur’an dari surat Ar-Rahman. Pada saat itu tanpa terasa dia menangis tidak
henti-hentinya, sampai saya selesai dari membacakan surat Ar-Rahman.
“Tidaklah
layak untuk berbuat durhaka kepada pemilik kata-kata ini (Allah Swt)”, katanya,
dia terlihat seolah merasakan getaran hebat dalam hatinya, mungkin merasa kagum dan terpesona
setelah mendengar firman-firman Allah Swt.
Kemudian
saya memberitahukan tentang Islam dan ajaran tentang Islam kepadanya, lalu
tanpa ada paksaan dan kesulitan berarti, diapun dengan mudah menyatakan diri
masuk agama Islam. Alhamdulillah.
Kemudian
saya mengajak dirinya naik kapal layar yang sebelumnya saya sandarkan di tepi
pantai. waktupun kian semakin larut dan tiba saatnya menjelang tengah malam.
Setelah kami berdua melaksanakan shalat Isya, maka kami bersiap-siap untuk
tidur, ingin beristirahat dari kepenatan.
“Apakah
Tuhan Allah yang saudara ajarkan kepada saya ini juga ikut tidur bersama ?”, di
keheningan malam tanpa diduga dia bertanya seperti itu. “Tidak, Dia tidak
tidur, bahkan Dia yang Maha hidup dan Maha berdiri”, jawab saya tersenyum
merasa senang. “Saudara nampaknya hamba yang kurang baik dan tidak sopan, anda
seenaknya tidur namun Tuhan saudara tidak”, dia mengkritik saya.
Setelah
sampai di pelabuhan, kami hendak berpisah untuk menuju rumah masing-masing.
Kami mengumpulkan uang secukupnya untuk memberi bekal pada dirinya, dengan
harapan dapat lebih menguatkan imannya. Kemudian uang yang telah terkumpul
lumayan banyak itu saya serahkan kepadanya.
“Apa
ini ?”, dia bertanya. “Ini hanyalah uang untuk bekal saudara, kalau-kalau suatu
saat nanti diperlukan”, tatapan saya penuh harap.
“Saudara
mengajarkan saya agama Islam dan menyembah Allah, tapi saudara tidak terlihat mengamalkannya,
sudah sekian lama saya menyembah berhala, menyembah selain Allah, tapi Allah
tidak pernah membiarkan saya sampai kelaparan, lalu apakah setelah saya
menyembah Allah Swt dan saya sekarang mengenal-Nya, kemudian Allah akan
menyia-nyiakan diri saya hingga akan mengalami kelaparan ??”. dia kembali
mengkritik saya, dan keimanannya mulai nampak kuat.
Akhirnya
dia tidak menerima uang dari kami untuk bekal dirinya, saya tersenyum bangga
karenanya, dan saat itu kamipun berpisah.
Setelah
melewati tiga hari dari kejadian itu, saya mendengar khabar bahwa dia jatuh
sakit, kemudian saya menemuninya. “Apakah yang dapat saya bantu?”, saya
menawarkan bantuan.
“Bantuan
saudara telah saya terima, yaitu ketika saudara mengeluarkan saya dari pulau
itu dan mengenalkan saya tentang agama Islam, saya ucapkan terima kasih”,
jawabnya.
Kemudian
dia pun meminta izin untuk tidak diganggu, dia seolah ingin beristirahat,
hatinya nampak tidak berhenti berdzikir. Malam itu saya menemaninya dan tidur
disampingnya, dalam tidur saya bermimpi melihat wanita cantik berada di taman
hijau nan indah, wanita itu berkata : “Lekas bawalah dia ke dalam sorga, saya
sangat merindukannya”. Saya tersentak kaget dan terbangun, kemudian saya
melihat dia, namun tidak terdengar lagi desah nafasnya, ternyata ia sudah
meninggal.
Pagi
harinya saya ikut menguburkan jenazah-nya bersama orang lain. Dan pada malam
harinya saya kembali bermimpi, di dalam mimpi itu saya melihat dia dalam
keadaan yang senang dan mewah, kepalanya mengenakan mahkota emas berlian,
dikelilingi para bidadari cantik rupawan sambil membaca ayat berikut ini :
وَالمَلاَئِكَةُ يَدْخُلُوْنَ عَلَيْهِمْ مِنْ
كُلِّ باَبٍ سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ بِماَصَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
Artinya
:
“Sedang
para Malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari setiap pintu sambil
mengucapkan Keselamatan bagi kalian atas kesabaran kalian, dan alangkah
baiknya sorga itu menjadi tempat tinggal”. (QS. Arra’du 22-23)
Tammat.
Pustaka : Tanqihul-Qaul Syekh Nawawi Al-Bantani
No comments:
Post a Comment
SAMPAIKAN KOMENTAR ATAU KONSULTASI ANDA DI SINI..OK