بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ الأَيَّامَ يَسْرُدُ حَتَّى يُقَالَ لاَ يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ الأَيَّامَ حَتَّى يُقَالَ لاَ يَكَادُ يَصُومُ وَلَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُورِ مَا يَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّكَ تَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ تُفْطِرُ حَتَّى لاَ تَكَادَ تَصُومُ قُلْتُ وَتَصُومُ الإِثْنَيْنِ وَالخَمِيسَ قَالَ إِنَّهُمَا يَوْمَانِ تُعْرَضُ فِيهِمَا الأَعْمَالُ عَلَى رَبِّ العَالَمِيْنَ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ ، وَأَصُومُ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ أَوْ مِنْ شَعْبَانَ فَإِنَّ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ (مسند البزار)
Artinya :
Rasulullah SAW sering berpuasa sampai berturut-turut, sampai diduga tidak berpuasa padahal sedang berpuasa. Keseringan berpuasa ini sangat sering lagi di bulan Sya’ban. Sahabat bertanya, Ya Rasulullah tuan berpuasa sampai-sampai dugaan kami tuan tidak berpuasa padahal sedang berpuasa, tuan juga berpuasa senin dan kamis. Rasulullah SAW menjawab, Aku berpuasa hari senin dan kamis karena kedua hari itu saatnya diperlihatkan amal ibadah kita kepada Allah pengurus alam, oleh karenanya aku senang apabila saat diperlihatkan itu aku dalam keadaan berpuasa. Aku juga sering berpuasa di bulan Sya’ban karena bulan Sya’ban adalah bulan yang banyak orang melupakannya untuk beribadah (padalah bulan Sya’ban itu agung dan mulia, karena bulan itu juga diperlihatkan amal). (Musnad Al-Bazar)
Dalam hadits ini Nabi SAW menjelaskan bahwa amal ibadah kita dilaporkan Malaikat kepada Allah SWT :
Pertama bersifat mingguan, yaitu pada hari Senin dan Kamis, lebih jelasnya adalah bahwa amal ibadah yang dilakukan hari selasa, rabu dan kamis adalah dilaporkan di hari kamis. Sedang amal ibadah yang dilakukan hari jum’at, sabtu, ahad dan senin adalah dilaporkan di hari senin. Waktu melaporkannya saat Matahari terbenam.
Kedua bersifat tahunan, yaitu pada malam Nisfu Sya’ban dan Malam Qodar. Dengan alasan inilah bulan Sya’ban itu mulia sehingga baginda Nabi SAW sering mengisinya dengan berpuasa. Sebuah tauladan yang baik untuk kita, bahkan idealnya kita isi pula bulan Sya’ban ini dengan membersihkan hati untuk sambut Ramadhan.
Laporan amal ibadah yang bersifat mingguan dan bersifat tahunan ini adalah laporan dalam bentuk keseluruhan. Sedangkan laporan amal dalam bentuk rincian adalah terjadi dua kali di setiap hari, yaitu saat malam dan saat siang. Waktu Asar dan Subuh adalah waktu malaikat siang bertemu dengan malaikat malam. Saat Asar tiba malaikat siang naik ke langit sambil melaporkan rincian amal, malaikat malam menggantikannya jaga. Ketika waktu subuh tiba malaikat malam naik ke langit sambil melaporkan amal, dan malaikat siang menggantikannya jaga. Hal ini sebagaimana hadits ;
يَتَعَاقَبُْونَ فِيْكُمْ مَلاَئِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلاَئِكَةٌ بِالنَّهَارِ، وَيَجْتَمِعُونَ فيِ صَلاَةِ الفَجْرِ وَصَلاَةِ العَصْرِ، ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِيْنَ بَاتُوا فِيْكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَأَتَيْناهُمْ وَهُمْ يُصَلُّوْنَ (أخرجه البخاري)
Artinya :
Akan saling bergantian menjaga kalian adalah malaikat malam dan malaikat siang, mereka bertemu di waktu Subuh dan waktu Asar, kemudian malaikat yang ketika giliran naik ke langit, ditanya Tuhan mereka, dan Dia maha mengetahui keadaan mereka “Bagaimana kalian meninggalkan hamba-hambaKu ?”Tanya-Nya. “Kami meninggalkan mereka dalam keadaan shalat dan saat kami dating pun dalam keadaan shalat” Jawab Mereka. (HR. Bukhori)
Bulan Sya’ban adalah salah satu bulan yang agung, karena bulan dimana terjadi laporan amal yang bersifat tahunan. Oleh karenanya baginda Nabi SAW sering berpuasa di sana. hal ini berdasarkan hadits riwayat Ahmad. Bahwasanya Rasulullah SAW ditanya tentang memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Rasulullah menjawab, “karena Sya’ban adalah bulan laporan amal, maka aku senang apabila ketika amalku dilaporkan maka aku sedang berpuasa.
Ketika konteksnya akan senang apabila saat dilaporkan amal itu dalam keadaan baik, maka akan lebih bernilai lagi apabila bulan Sya’ban juga digunakan khusus untuk membersihkan hati agar senantiasa menjadi suci. Bagaimana tuntunan agar hati bisa menjadi suci, mari kita simak redaksi berikut ini ;
TIGA MAKNA TAUBAT
Taubat artinya kembali menuju suci, sebutlah membersihkan diri dan hati dari segala noda, kandungan makna taubat itu sendiri ada tiga :
إِنَّ التَّوْبَةَ مِنْ طَرْيِقِ المَعْنَى عَلَى ثَلاَثَةِ أَنْواَعٍ ؛ فاَلأَوَّلُ التَّوْبَةُ مِنْ ذَنْبٍ يَكُوْنُ بَيْنَ العَبْدِ وَبَيْنَ رَبِّهِ , وَهَذِهِ تَكُوْنُ بِنَداَمَةِ الجِناَنِ وَاسْتِغْفاَرِ اللِّساَنِ . وَالثَّانىِ التَّوْبَةُ مِنْ ذَنْبٍ يَكُوْنُ بَيْنَ العَبْدِ وَبَيْنَ طاَعَةِ الرَّبِّ , وَهَذِهِ تَكُوْنُ بِجَبْرِ النُّقْصاَنِ الواَقِعِ فِيْهاَ . وَالثَّاَلِثُ مِنْ ذَنْبٍ يَكُوْنُ بَيْنَ العَبْدِ وَبَيْنَ الخَلْقِ , وَهَذِهِ تَكُوْنُ بِإِرْضاَءِ الخُصُوْمِ بِأَىِّ وَجْهٍ مِنَ الإِمْكاَنِ .
Taubat di pandang dari sisi maknanya ada tiga macam ; (1) Taubat dari dosa yang terikat antara hamba dan Rabbnya, cara taubatnya adalah dengan hati penuh penyesalan dan lisan memohon ampunan (baca istighfar). (2) Taubat dari dosa yang terikat antara hamba dan ketaatan ibadah kepada Rabbnya, cara taubatnya adalah dengan menambal kekurangan atau membenahi kehilafan dalam taat ibadah. (3) Taubar dari dosa yang terikat antara hamba dan sesame makhluk, cara taubatnya adalah dengan memohon halal atau keridloannya sesuai kemungkinan
Ketika tiga macam ini diperhatikan maka taubat itu sangat bermakna, namun ketika tidak diperhatikan maka taubat itu pun tidak memiliki makna apa-apa. Mari kita perhatikan cara bertaubat itu terutama di bulan Sya’ban ini…
وَمِنْ طَرِيْقِ اللَّفْظِ وَسَبِيْلِ اللُّطْفِ عَلَى ثَلاَثَةِ وَثَلاَثِيْنَ دَرْجَةً ... مِنْهاَ لاَتَكُوْنُ مُثْمِرَةً حَتَّى يَتِمُّ أَمْرُهاَ , وَلاَتَظُنُّ أَنَّكَ مَزِيْدٌ فِيْهاَ , فَإِنَّ أَباَكَ آَدَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كاَنَ مُقَدَّمَ التَّائِبِيْنَ ... (شراج الطالبين ص 155)
Taubat di pandang dari sisi redaksinya, dan melalui cara yang halus adalah memiliki 33 tingkat... (Kami tidak mengupasnya disini, Insya Allah di lain waktu…)
ENAM MAKNA ISTIGHFAR
Istighfar artinya memohon ampunan pada Allah SWT, kandungan makna istighfar ada enam macam :
الإِسْتِغْفاَرُ دَرْجَةُ العِلِيِّيْنَ وَهُوَ إِسْمُ وَاقِعٍ عَلَى سِتَّةِ مَعاَنٍ ؛ أَوَّلُهاَ النَّدَمُ عَلَى ماَمَضَى . وَالثَّانىِ العَزْمُ عَلَى تَرْكِ العَوْدِ إِلَيْهِ أَبَداً . وَالثَّالِثُ أَنْ تُؤَدِّى إِلىَ المَخْلُوْقِيْنَ حُقُوْقَهُمْ حَتَّى تَلْقَى اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيْسَ عَلَيْكَ تَبَعَةٌ . وَالرَّابِعُ أَنْ تَعَمَّدَ إِلىَ كُلِّ فَرِيْضَةٍ ضَيَعْتَهاَ فَتُؤْدِى حَقَّهاَ . وَالخاَمِسُ أَنْ تَعَمَّدَ إِلىَ اللَّحْمِ الَّذِى عَلَى السُّحْتِ فَتُذِيْبَهُ بِالأَحْزاَنِ حَتَّى يَلْصَقُ الجِلْدَ بِالعِظَمِ وَيَنْشَأُ بَيْنَهُماَ لَحْمٌ جَدِيْدٍ . وَالسَّادِسُ أَنْ تَذِيْقَ الجِسْمَ أَلَمَ الطَّاعَةِ كَماَ أَدَقْتَهُ حَلاَوَةَ المَعْصِيَةِ , فَعِنْدَ ذَلِكَ تَقُوْلُ ... أَسْتَغْفِرُ اللهَ ...
Membaca Istighfar adalah martabat orang-orang mulia, istighfar itu sendiri mengandung enam makna ; (1) Menyesali semua kehilafan yang telah dilakukan. (2) Bertekat untuk tidak tidak melakukan lagi selamanya. (3) memenuhi hak semua makhluk sehingga ketika bertemu Allah dalam keadaan tidak membawa satu pun kehilafan. (4) Memperhatikan setiap kewajiban yang terlalaikan sehingga dapat memenuhi kewajiban itu dengan sepenuhnya. (5) Mewaspadi makanan tidak halal yang terancam murka Allah, menghapuskannya dengan penyesalan, kemudian bangkit untuk selalu mengambil halal sehingga darah daging nya timbul dari asupan makanan baru yang halal, (karena satu titik haram masuk dalam darah dagingnya maka semua anggota tubuhnya terancam neraka). (6) Memperkenalkan tubuh untuk merasakan pedihnya melakukan taat ibadah sebagaiamana pernah diperkenalkan merasakan manisnya maksiat, (perkenalkan dengan ibadah-ibadah pahit atau bernilai tinggi, agar terasa menjadi manis dan nyaman, seperti berpuasa di bulan Sya’ban) ketika kita mampu mengisi keenam poin itu barulah membaca ... أَسْتَغْفِرُ اللهَ ... “Aku memohon ampunan kepada Allah”.
Ketika kita membaca istighfar sambil memperhatikan sisi maknanya itu maka istighfar kita akan bermakna. Dengan demikian mari kita perhatikan cara istighfar yang bermakna itu terutama di bulan Sya’ban ini, agar di bulan Ramadhan hati kita mampu berkilau.. amien.
Allah Mengetahui Segalanya
Pustaka : Musnad Al-Bazar, I’anathuth-Thalibin dan Sirajuth-Thalibin.
No comments:
Post a Comment
SAMPAIKAN KOMENTAR ATAU KONSULTASI ANDA DI SINI..OK