بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ
كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَ تُسْرِفُوا إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ المُسْرِفِيْنَ
Hai
anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap memasuki mesjid, Makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’rof 31)
إِرْجِعْ إِلىَ ثَوْبِكَ
خُذْهُ وَلاَ تَمْشَوْا عُرَّاةً
Kembalilah
kepada pakaianmu, pakailah!, janganlah kalian berjalan dalam keadaan telanjang
(HR. Muslim, dari Al-Musawir bin Makhramah)
قاَلَ فىِ النِّهَايَةِ
وَحِكْمَةُ وُجُوْبِ السَّتْرِ فِيْهَا ماَجَرَّتْ بِهِ عَادَةٌ مُرِيْدَ التَّمَثُّلِ
بَيْنَ يَدَيْ كَبِيْرٍ مِنَ التَّجَمُّلِ بِالسَّتْرِ وَالتَّطْهِيْرِ، وَالمُصَلِّى
يُرِيْدُ التَّمَثُّلَ بَيْنَ يَدَيْ مُلُكِ المُلُوْكِ، وَالتَّجَمُّلُ لَهُ بِذَلِكَ
أَوْلىَ . وَيَجِبُ سَتْرُهَا فىِ غَيْرِ الصَّلاَةِ أَيْضًا لِمَا صَحَّ مِنْ قَوْلِهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَمْشَوْا عُرَّاةً وَقَوْلِهِ أَللهُ أَحَقُّ
أَنْ يُسْتَحْيَا مِنْهُ مِنَ النَّاسِ
Dalam kitab An-Nihayah Al-Imam Ramliy
menyatakan, hikmah diwajibkan menutup aurat dalam shalat, ialah sebagaimana
menurut etika dan moral manusia dituntut untuk berlaku sopan dan santun ketika
berada di hadapan pembesar atau penguasa, dengan menutup aurat dan dalam
keadaan bersih. Seorang shalat ialah berada di hadapan Maha raja, Raja setiap
penguasa. Berpakaian santun dan sopan ialah lebih diutamakan. Dan juga
diwajibkan menutup aurat pada saat di luar shalat, karena berdasarkan hadits
Nabi SAW, “Janganlah kalian berjalan dalam keadaan telanjang” (HR. Muslim)
dan berdasarkan hadits, “Allah adalah lebih berhak untuk ada rasa malu
kepada-Nya daripada ada rasa malu kepada manusia”.(HR. Bukhori)
الشَّرْطُ الخَامِسُ سَتْرُ
العَوْرَةِ عَنِ العُيُوْنِ فَإِنْ تَرَكَهُ مَعَ القُدْرَةِ لَمْ تَصِحَّ صَلاَتُهُ
لِقَوْلِهِ تَعَالىَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ قاَلَ ابْنُ عَبَّاسٍ
يَعْنِي الثِّيَابَ فِيْهَا وَلِخَبَرٍ لاَ يَقْبَلُ اللهُ صَلاَةَ حَائِضٍ أَيْ بَالِغَةٍ
إلاَّ بِخِمَارٍ رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ وَظَاهِرٌ أَنَّ غَيْرَ البَالِغَةِ
كَالبَالِغَةِ لَكِنَّهُ قُيِّدَ بِهَا جَرْيًا عَلَى الغَالِبِ
Syarat kelima (dari
syarat-syarat shalat) ialah menutup aurat dari setiap pandangan. Apabila tidak
menutup aurat padahal mampu maka shalatnya tidak sah. Berdasarkan firman Allah
“Pakailah pakaianmu... (QS.Al-A’rof 31)” Ibnu Abbas berkata, maksudnya ialah dalamm shalat
itu wajib mengenakan pakaian yang menutup aurat. Juga berdasarkan hadits “Allah
tidak menerima shalat wanita akil balig kecuali dengan menutup aurat” (HR.Turmudzi, dan menyatakan hadits Hasan). Lebih jelasnya bahwa wanita
yang belum akil balig pun ialah sama dengan wanita yang sudah akil balig (wajib
menutup aurat) dalam konteks hadits ini disebutkan wanita yang akil balig ialah
karena lebih pada skala prioritas.
وَيَجِبُ سَتْرُهَا مُطْلَقًا
أَيْ في الصَّلاَةِ وَغَيْرِهَا وَلَوْ كاَنَ فىِ خَلْوَةٍ لِخَبَرٍ لاَ تَمْشُوا عُرَاةً رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَلِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِجَرْهَدٍ
غَطِّ فَخْذَكَ فَإِنَّ الفَخْذَ مِنَ العَوْرَةِ رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ
وَِلأَنَّ اللهَ أَحَقُّ أَنْ يُسْتَحْيَا مِنْهُ , وَلِيَسْتَتِرَ عَنِ الجِنِّ وَالمَلَكِ
لاَ سَتْرُهَا عَنْ نَفْسِهِ فَلاَ يَجِبُ وَيُكْرَهُ نَظَرُهُ سَوْأَتَيْهِ أَيْ قُبُلَهُ
وَدُبُرَهُ بِلاَ حَاجَةٍ
Menutup aurat ialah
wajib secara mutlak, yaitu baik dalam shalat ataupun di luar shalat, bahkan
sekalipun saat sendirian di dalam kamar. Hal ini berdasarkan hadits, “Janganlah
kalian berjalan dalam keadaan telanjang” (HR.Muslim) juga berdasarkan
perintah Nabi kepada Jarhad, “Tutupilah pahamu karena paha itu termasuk dari aurat” (HR.Turmudzi, dan menyatakan hadits Hasan) dan juga berdasarkan hadits,
“Allah ialah lebih pantas ada rasa malu kepadanya” (HR. Bukhori). Juga diwajibkan untuk menutup aurat dari pandangan jin dan malaikat, dan
tidak wajib menutup aurat dari pandangan dirinya sendiri. Namun melihat qubul
dan dubur punya sendiri ialah makruh, jika tanpa ada keperluan penting.
وَمَا مِنْ امْرَأَةٍ تَنْزِعُ
خِمَارَهَا فىِ غَيْرِ بَيْتِ زَوْجِهَا إِلاَّ كَشَفَتْ السِّتْرَ فِيْمَا بَيْنَهَا
وَبَيْنَ رَبِّهَا
Tidak semata-mana
seorang wanita melepaskan kerudung (pakaiannya) bukan di dalam rumah suaminya,
melainkan kehormatannya akan dibuka (diumbar) antara dirinya dan Rabbnya. (HR.Thabraniy)
tapi
kalo sudah halal, gak apa-apa aurat di buka, jangankan bagian
atas yang di buka, bagian yang paling pinggir, atau bagian paling ujung
sekalipun, boleh koq di buka..
Allah mengetahui segalanya
Pustaka
: Tafsir Ibnu Katsir, Al-Imam Ismail bin Umar. Asnal Matholib, Al-Imam Zakaria
Al-Anshor. Soheh Bukhori, Al-Imam Bukhori. Soheh Muslim, Al-Imam Muslim.
I’anathuth-Thalibin, Syekh Muhammad Syatho
No comments:
Post a Comment
SAMPAIKAN KOMENTAR ATAU KONSULTASI ANDA DI SINI..OK