بسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
( أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ ) أي أَلَمْ أُوْصِ إِلَيْكُمْ ( يَا بَنِيْ آَدَمَ
) عَلَى لِسَانِ رُسُلِىْ (أَنْ لاَ تَعْبُدُوْا الشَّيْطَانَ ) أَيْ لاَ تُطِيْعُوْهُ
( إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِيْنٌ ) أَيْ ظَاهِرُ العَدَاوَةِ
Apakah Aku tidak memberi pesan
kepada kalian wahai keturunan Nabi Adam melalui utusan-utusanKu
Agar kalian tidak mengikuti
syetan, karena syetan bagi kalian ialah musuh yang nyata
(QS. Yasin 60, Tafsir Lubed Al-Munir Syekh Nawawi)
( وَأَمَّا فَصْلُ الحِيَلِ وَالمُخَادَعاَتِ مِنَ
الشَّيْطاَنِ ) فَمَجْرَى ذَلِكَ وَمِثاَلُهُ ؛ أَنَّ مَكاَيِدَ الشَّيْطَانِ مَعَ
ابْنِ آَدَمَ فىِ الطَّاعَةِ فىِ سَبْعَةِ أَوْجُهٍ :
(Adapun fasal
siasat dan tipu daya dari syetan ) maka hal ini terjadi dalam realita : Bahwa
tipu daya syetan terhadap kita anak Adam (manusia) dikala taat melakukan amal
ibadah, terangkum pada tujuh macam :
أَحَدُهَا أَنْ
يَنْهاَهُ عَنْهَا , فَإِنْ عَصَمَهُ اللهُ تَعَالىَ رَدَّهُ بِأَنْ قاَلَ إِنِّى
لَمُحْتاَجٌ إِلىَ ذَلِكَ جِدًّا إِذْ لاَبُدَّ لىِ مِنَ التَّزَوُّدِ مِنْ هَذِهِ
الدُّنْيَا الفَانِيَةِ لِلأَخِرَةِ الَّتِى لاَ انْقِضاَءَ لَهاَ
Pertama : Syetan melarang langsung
kita untuk taat melakukan amal ibadah. Apabila Allah melindungi kita dan bisa
menghadang godaan itu, diantara menghadang godaan syetan itu ialah seperti
dengan berkata “Aku sangat membutuhkan amal ibadah, karena aku mau tidak mau
harus mengumpulkan bekal di dunia fana ini untuk kehidupan kelak di akhirat
yang abadi”.
ثُمَّ يَأْمُرُهُ
بِالتَّسْوِيْفِ , فَإِنْ عَصَمَهُ اللهُ تَعَالىَ وَرَدَّهُ بِأَنْ قاَلَ لَيْسَ
أَجَلِيْ بِيَدِى , عَلَى أَنِّى إِنْ سَوَّفْتُ عَمَلَ اليَوْمِ إِلىَ غَدٍ
فَعَمَلُ غَدٍ مَتَى أَعْمَلُهُ ؟ فَإِنَّ لِكُلِّ يَوْمٍ عَمَلاً
Kedua : Kemudian syetan memperdaya
kita denagn menunda melakukan amal ibadah. Apabila Allah melindungi dan bisa
menghadang tipu daya itu, diantara menghadang tipu daya syetan itu ialah
seperti dengan berkata “Ajal kematian-ku bukan berada di tanganku, seandainya
aku menunda amal ibadah hari ini sampai besok, lalu amal ibadah yang harus
dilakukan besok mau dilakukan kapan? Karena di setiap hari itu memiliki ruang
amal ibadah masing-masing.”
ثُمَّ يَأْمُرُهُ
بِالعَجَلَةٍ فَيَقُوْلُ لَهُ عَجِّلْ عَجِّلْ لِتَتَفَرَّغَ لِكََذَا وَكَذَا ,
فَإِنْ عَصَمَهُ اللهُ تَعَالىَ وَرَدَّهُ بِأَنْ قاَلَ قَلِيْلُ العَمَلِ مَعَ
التَّمَامِ خَيْرٌ مِنْ كَثِيْرِهِ مَعَ النُّقْصَانِ
Ketiga : Kemudian syetan memperdaya
kita untuk cepat-cepat melakukan amal ibadah. Syetan berkata pada kita “Cepat-cepatlah
kau melakukan amal ibadah itu, agar kau memiliki banyak waktu luang untuk
melakukan anu dan anu.” Apabila Allah melindungi kita dan bisa menghadangnya,
diantara menghadang tipu daya syetan itu ialah seperti dengan berkata “Amal
ibadah sedikit namun sempurna ialah lebih baik daripada amal ibadah banyak
namun kurang sempurna.”
ثُمَّ يَأْمُرُهُ
بِإِتْماَمِ العَمَلِ مُرَاآَةً لِلنَّاسِ , فَإِنْ عَصَمَهُ اللهُ تَعَالىَ
وَرَدَّهُ بِأَنْ قاَلَ ماَ الَّذِى أَعْمَلُ بِمُرَاآَةِ النَّاسِ ؟
أَفَلاَتَكْفِيْنِى رُؤْيَةُ اللهِ تَعاَلىَ
Keempat: Kemudian syetan memperdaya
kita untuk menyempurnakan melakukan amal ibadah namun di iringi riya, ingin
dipandang orang lain. Apabila Allah melindungi kita dan bisa menghadangnya,
diantara menghadang tipu daya syetan itu ialah seperti dengan berkata “Apa yang
aku inginkan apabila melakukan amal ibadah di iringi riya, ingin dipandang
orang lain, apakah tidak cukup seandainya hanya Allah saja yang memandang?”
ثُمَّ يُرِيْدُ أَنْ
يُوَقِعَهُ فىِ العُجْبِ , فَيَقُوْلُ ماَأَعْظَمَكَ وَمَاأَيْقَظَكَ
وَمَاأَفْضَلَكَ ! فَإِنْ عَصَمَهُ اللهُ تَعَالىَ وَرَدَّهُ بِأَنْ قاَلَ
المِنَّةُ ِللهِ تَعَالىَ فىِ ذَلِكَ دُوْنِى فَهُوَ الَّذِى خَصَّنِى
بِتَوْفِيْقِهِ وَجَعَلَ لِعَمَلِى قِيْمَةً عَظِيْمَةً بِفَضْلِهِ , وَلَوْلاَ
فَضْلُهُ فَمَاذَا قِيْمَةُ هَذَا العَمَلِ فىِ جَنْبِ نِعْمَةِ اللهِ تَعَالىَ
عَلَىَّ وَجَنْبِ مَعْصِيَّتِى لَهُ ؟
Kelima : Kemudian syetan ingin
menjerumuskan kita dengan merasa besar atau bangga diri saat telah melakukan
amal ibadah yang sempurna. Syetan berkata pada kita “Hebatlah kau bisa
melakukan amal ibadah yang membuatmu besar dan terpandang, hebatlah kau bisa
bangkit untuk melakukan amal ibadah, hebatlah kau bisa melakukan amal ibadah
yang mengantarkan pada tingkat kemuliaan.” Apabila Allah melindungi kita dan
bisa menghadangnya, diantara menghadang tipu daya syetan itu ialah seperti
dengan berkata “Semua karunia itu, termasuk kehebatan bisa rajin melakukan amal
ibadah adalah milik Allah, semata-mata kemurahanNya. Karena Dialah yang
memberikan taufiq pada kita, Dia juga yang menjadikan amal ibadah itu memiliki
nilai yang tinggi, semua karena kemurahanNya. Seandainya tidak ada kemurahan
dariNya, maka apalah nilainya melakukan amal ibadah ini dibandingkan dengan
nikmat Allah kepada kita, a[alagi dibandingkan dengan perbuatan maksiat yang
kita lakukan?”
ثُمَّ يَأْتِيْهِ مِنْ
وَجْهٍ ساَدِسٍ وَهُوَ أَعْظَمُهَا وَلاَيَقِفُ عَلَيْهِ إِلاَّ مُتَيَقِّظٌ
وَهُوَ أَنْ يَقُوْلَ إِجْتَهِدْ أَنْتَ فىِ السِّرِّ فَإِنَّ اللهَ تَعَالىَ
سَيُظْهِرُهُ عَلَيْكَ وَيَلْبِسُ كُلَّ عَامِلٍ عَمَلَهُ , وَأَرَادَ لِذَلِكَ
ضَرْبًا مِنَ الرِّياَءِ , فَإِنْ عَصَمَهُ اللهُ تَعَالىَ وَرَدَّهُ بِأَنْ قاَلَ
ياَمَلْعُوْنُ إِلىَ الآَنَ كُنْتَ تَأْتِيْنِى مِنْ وَجْهِ إِفْسَادِ عَمَلِى
وَالآَنَ تَأْتِيْنِى مِنْ وَجْهِ إِصْلاَحِهِ لِتُفْسِدَهُ , إِنَّمَا أَنَا
عَبْدُ اللهِ تَعَالىَ وَهُوَ سَيِّدِى إِنْ شاَءَ أَظْهَرَ وَإِنْ شاَءَ أَخْفَى
وَإِنْ شاَءَ جَعَلَنِى خَطِيْرًا وَإِنْ شاَءَ جَعَلَنِى حَقِيْرًا , وَذَلِكَ
إِلَيْهِ مَا أُباَلىِ إِنْ أَظْهَرَ ذَلِكَ لِلنَّاسِ أَوْ لَمْ يُظْهِرْهُ
فَلَيْسَ بِأَيْدِيْهِمْ شَيْءٌ
Keenam : Kemudian syetan memperdaya
kita kali keenam, siasat syetan ini paling dahsyat, tidak akan bisa terlepas
dari tipu daya ini melainkan orang yang benar-benar mewaspadai diri. Syetan
berkata pada kita “Sebaiknya kamu bersungguh-sungguh melakukan amal ibadah
dengan tersembunyi, sehingga lebih menjaga ketulusan, karena dari situ Allah
akan megangkatmu menjadi orang terkenal, Allah akan membalas amal ibadah
terhadap orang yang memang mengamalkannya.” Tujuan syetan di sini ialah
memperdaya kita dengan subtansi dari riya. Apabila Allah melindungi kita dan
bisa menghadangnya, diantara menghadang tipu daya syetan itu ialah seperti
dengan berkata “Hai syetan laknat..!! semanjak tadi kau terus menjumpai aku,
memperdayai aku, untuk merusak amal ibadah yang telah aku lakukan, sekarang kau
datang lagi dengan menganjurkan melakukan amal ibadah dengan baik, padahal kau
bertujuan mau merusaknya. Aku adalah budak/hamba Allah dan Allah adalah
tuan/majikanku, Apabila mau Allah bisa membuatku terkenal, juga bisa membuatku
tersembunyi, Allah bisa membuat aku mulia, juga bisa membuat aku nista. Aku
tidak peduli, Allah mau melakukan apa untuk diriku, apakah membuat aku terkenal
ataupun tidak (yang penting amal ibadah saja), semua makhluq tidak memiliki
kekuatan apa-apa”
ثُمَّ يَأْتِيْهِ مِنْ
وَجْهٍ سَابِعٍ وَيَقُوْلُ لاَحاَجَةَ لَكَ إِلىَ هَذَا العَمَلِ ِلأَنَّكَ إِنْ
خُلِقْتَ سَعِيْدًا لَمْ يَضُرُّكَ تَرْكُ العَمَلِ وَإِنَ خُلِقْتَ شَقِيًّا لَمْ
يَنْفَعُكَ فَعْلُهُ , فَإِنْ عَصَمَهُ اللهُ تَعَالىَ وَرَدَّهُ بِأَنْ قاَلَ إِنَّمَا
أَناَ عَبْدٌ وَعَلَى العَبْدِ إِمْتِثاَلُ الأَمْرِ لِعُبُوْدِيَّتِهِ وَالرَّبُّ
أَعْلَمُ بِرُبُوْبِيَّتِهِ يَحْكُمُ ماَيَشاَءُ وَيَفْعَلُ ماَيُرِيْدُ
وَِلأَنَّهُ يَنْفَعُنِى العَمَلُ كَيْفَمَا كُنْتُ ِلأَنِّى إِنْ كُنْتُ
سَعِيْدًا إِحْتَجْتُ إِلَيْهِ لِزِباَدَةِ الثَّواَبِ , وَإِنْ كُنْتُ شَقِيًّا
فَأَناَ مُحْتاَجٌ إِلَيْهِ كَىْ لاَ أَلُوْمُ نَفْسِى عَلَى أَنَّ اللهَ تَعَالىَ
لاَيُعاَقِبُنِى عَلَى الطَّاعَةِ بِكُلِّ حاَلٍ وَلاَيَضُرُّنِى عَلَى أَنِّى
إِنْ دَخَلْتُ النَّارَ وَأَناَ مُطِيْعٌ أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ أَنْ أَدْخُلُهاَ
وَأَناَ عَاصٍ فَكَيْفَ وَوَعْدُهُ حَقٌّ وَقَوْلهُ صِدْقٌ ؟ وَقَدْ وَعَدَ عَلَى
الطَّاعاَتِ بِالثَّوَابِ فَمَنْ لَقِىَ اللهَ تَعَالىَ عَلَى الإِيْماَنِ
وَالطَّاعَةِ لَمْ يَدْخُلِ النَّارَ أَلْبَتَّةَ , وَدَخَلَ الجَنَّةَ لاَ ِلإِسْتِقاَقِهِ
بِعَمَلِهِ الجَنَّةَ وَلَكِنْ لِوَعْدِ اللهِ الصَّادِقِ تَعَالىَ وَتَقَدَّسَ ,
وَلِهَذَا المَعْنَى أَخْبَرَ اللهُ تَعَالىَ عَنِ السُّعَدَاءِ إِذْ قاَلُوْا
الحَمْدُ ِللهِ الَّذِى صَدَقَنَا وَعْدَهُ
Ketujuh : Kemudian syetan memperdaya
kita kali ketujuh. Syetan berkata pada kita “Kamu tidak perlu melakukan amal
ibadah, karena jika kamu tercipta menjadi seorang selamat dan menjadi ahli
sorga, tidak melakukan amal ibadah pun pasti akan tetap masuk ke sorga. Juga
apabila kamu tercipta menjadi seorang celaka dan masuk neraka, kamu banyak
melakukan amal ibadahpun akan tetap masuk neraka.” Apabila Allah melindungi
kita dan bisa menghadangnya, diantara menghadang tipu daya syetan itu ialah
seperti dengan berkata “Aku adalah hamba, seorang hamba itu di tuntut untuk
memenuhi kewajiban seorang hamba, yaitu tetap menyembah kepada tuhanNya. Allah
adalah Tuhan Yang maha tahu akan sifat dan sikap akan ketuhananNya, Dia maha
tahu sikap seorang Tuhan, menetapkan sesuai yang Dia inginkan dan melakukan
sesuai yang Dia kehendaki, Dia juga yang meanganggap amal ibadahku bernilai
atau tidak, dimanapun dan kapanpun. Hanya saja seandainya aku seorang selamat
dan calon penghuni sorga, aku sangat memerlukan amal ibadah sebagai argumen aku
bisa menambah pahala. Seandainya aku seorang celaka dan binasa karena calon
penghuni neraka, aku juga memerlukan amal ibadah agar aku tidak menyalahkan
diriku sendiri. Karena Allah tidak akan pernah menyiksa orang yang taat
melakukan amal ibadah, dengan siksa apapun, bahkan tidak merasakan pedih
sekalipun aku masuk neraka. aku lebih suka, merasa terhormat masuk neraka dalam
keadaan taat melakukan amal ibadah, daripada masuk neraka dalam keadaan
bersenang-senang melakukan maksiat. Dimana letak janji Allah yang maha tepat
dan firman-Nya yang maha benar itu?” Padahal, Allah menjanjikan pahala karena
melakukan taat amal ibadah. Barangsiapa bertemu Allah dalam keadaan iman dan
taat amal ibadah maka ia tidak akan masuk neraka sedkitpun. Masuk sorga bukan
berarti karena melakukan amal ibadah wajib dibalas sorga, akan tetapi karena
janji Allah yang maha tepat nan maha suci dari kecurangan. Karena makna inilah
Allah mengabarkan cirri-ciri orang yang bahagia di akhirat, saat masuk sorga
mereka mengucapkan “Segala puji bagi Allah yang maha tepat dan maha benar akan
janji-janjiNya kepada kita.”
فَتَيَقَّظْ رَحِمَكَ
اللهُ فَإِنَّ الأَمْرَ كَماَتَرَى وَتَسْمَعُ قِسْ عَلَيْهِ ساَئِرَ الأَحْوَالِ
وَالأَفْعاَلِ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ تَعَالىَ وَاسْتَعِذْ بِهِ فإِنَّ اللأَمْرَ
بِيَدِهِ وَمِنْهُ التَّوْفِيْقُ وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
العَلِيِّ العَظِيْمِ
Bangkitlah kamu, semoga Allah
mengasihi kamu. Sebagaimana kamu simak dan kamu dengar maka coba kamu terapkan
pula pada keadaan dan perbuatan yang lain, mintalah pertolongan dan kemampuan
kepada Allah, mohon pula perlindungan kepadaNya dari tipu daya syetan. Karena
semua persoalan berada dalam kekuasaaNya, hanya dariNya mendapatlan taufiq.
Tidak ada daya untuk berpaling dari maksiat dan tidak ada kekauatan untuk
melaukan taat beribadah melainkan hanya dengan pertolongan Allah, Yang maha
luhur dan maha agung..
Allah
Mengetahui Segalanya.
Pustaka : Minhajul-Abidin Al-Imam
Ghozali