Oleh : Ahmad Daerobiy
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
أُنْظُرُوْا إِلىَ مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلىَ مَنْ
هُوَ فَوْقَكُمْ
Pandangilah orang yang lebih rendah
dari pada kalian
Dan
jangan
pandangilah orang yang lebih tinggi diantara kalian. (HR.
Bukhori Muslim)
Hadits
ini menganjurkan kita untuk memiliki akhlak yang baik menurut agama, bagaimana
kita seharusnya memandang terhadap orang lain ketika terikat kondisi sosial dalam
dunia ini. Tujuannya agar anda tidak sampai merendahkan kenimatan yang Allah
karuniakan kepada anda, karena itu dosa.
وَالمُرَادُ بِمَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنَ النّاَظِرِ فيِ الدُّنْياَ ؛
Yang
dimaksud dengan akhlak dari dari memandang orang yang lebih rendah ialah dalam
hal dunuiawi, diantaranya ;
Pertama
;
فَيَنْظُرُ إِلىَ المُبْتَلَى بِالأَسْقاَمِ وَيَنْتَقِلُ مِنْهُ إِلىَ ماَ
فَضُلَ بِهِ عَلَيْهِ مِنَ العاَفِيَةِ الَّتِي هِيَ أَصْلُ كُلِّ إِنْعاَمٍ
Pandangilah
orang-orang yang tertimpa musibah, seperti orang-orang yang sedang sakit.
Kemudian alihkan pandangan anda kepada diri anda sendiri yang sedang dalam
keadaan sehat. Sedang kesehatan itu sumber dari segala kenikmatan, karunia dari
Allah SWT.
Kedua
;
وَيَنْظُرُ إِلىَ مَنْ فيِ خَلْقِهِ نَقْصٌ مِنْ عُمْىٍ أَوْ صَمَمٍ أَوْ بُكْمٍ
وَيَنْتَقِلُ إِلىَ ماَ هُوَ فِيْهِ مِنَ السَّلاَمَةِ عَنْ تِلْكَ العاَهاَتِ الَّتِي
تَجْلِبُ الهَمَّ وَالغَمَّ
Pandangilah
orang-orang yang mengalami kekurangan fisik, atau cacat tubuh, seperti buta,
tuli atau bisu. Kemudian alihkan pandangan anda kepada diri anda sendiri yang
lebih baik atau tidak mengalami cacat tubuh. Yang keadaan seperti itu akan
mengundang resah dan gelisah.
Ketiga
;
وَيَنْظُرُ إِلىَ مَنْ ابْتُلِيَ بِالدُّنْياَ وَجَمْعِهاَ وَالاِمْتِناَعِ
عَمَّا يَجِبُ عَلَيْهِ فِيْهَا مِنَ الحُقُوْقِ وَيَعْلَمُ أَنَّهُ فَضُلَ بِالإِقْلاَلِ
وَأَنْعَمَ عَلَيْهِ بِقِلَّةٍ تَبِعَةِ الأَمْوَالِ فيِ الحاَلِ وَالمَآَلِ
Pandangilah
orang-orang yang terkena musibah dengan mencari harta kekayaan dan menimbunnya
sehingga tidak sempat untuk melakukan kewajiban-kewajiban kepada Allah. Sedang
kita tahu, bahwa sangsi orang yang demikian ialah neraka. Kemudian pandangilah
diri kita sendiri yang mengalami keterbatasan harta kekayaan tapi masih dapat
memenuhi kewajiban kepada Allah,sebuah karunia besar yang patut disyukuri
sekarang dan kelak.
Keempat
;
وَيَنْظُرُ إِلىَ مَنْ ابْتُلِيَ بِالفَقْرِ المُدْقَعِ أَوْ الدِّيْنِ المُفْظَعِ
وَيَعْلَمُ ماَ صاَرَ إِلَيْهِ مِنَ السَّلاَمَةِ مِنَ الأَمْرَيْنِ وَتَقِرُّ بِماَ
أَعْطاَهُ رَبُّهُ العَيْنَ
Pandangilah
orang yang sedang tertimpa musibah dengan kefakiran yang lalai dalam ibadah,
juga orang yang tertimpa musibah kebodohan adalam agama. Sedang kita tahu,
bahwa selamat dari kedua musibah itu akan timbul rasa syukur dan mengundang
tambahan kenikmatan.
وَماَ مِنْ مُبْتَلَى فيِ الدُّنْياَ بِخَيْرٍ أَوْ شَرٍّ إِلاَّ وَيَجِدُ مَنْ
هُوَ أَعْظَمُ مِنْهُ بَلِيَّةً فَيَتَسَلَّى بِهِ وَيَشْكُرُ ماَ هُوَ فِيْهِ مِمّاَ
يَرَى غَيْرَهُ ابْتُلِيَ بِهِ
Tidak
semata-mata tertimpa musibah di dunia, baik atau buruk. Kecuali ia akan
menemukan orang yang lebih besar dari musibah itu. Ketika itu di hayati maka
akan timbul rasa syukur dari orang yang memandangnya.
Kelima
;
وَيَنْظُرُ مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فيِ الدِّيْنِ فَيَعْلَمُ أَنَّهُ مِنَ المُفْرِطِيْنَ
فَبِالنَّظْرِ الأَوَّلِ يَشْكُرُ ماَ ِللهِ عَلَيْهِ مِنَ النِّعَمِ وَبِالنَّظْرِ
الثَّانِيْ يَسْتَحِي مِنْ مَوْلاَهُ وَيَقْرَعُ باَبَ المُتاَبِ بِأَناَمِلِ النَّدَمِ
فَهُوَ بِالأَوَّلِ مَسْرُوْرٌ بِنِعْمَةِ اللهِ وَفيِ الثّاَنِي مُنْكَسِرَ النَّفْسِ
حَياَءً مِنْ مَوْلاَهُ
Pandangilah
orang yang lebih tinggi dalam agamanya, sehingga kita akan mengakui kelalaian
kita dalam beragama. Pandangan kepada yang lebih rendah dalam hal dunia, yaitu
bagaian pertama hadits, akan menimbulkan rasa syukur. Pandangan kepada yang
lebih tinggi dalam hal agama akan merasa malu akan kekurangan dan kelalaian
dalam beribadah. Sehingga terketuk hatinya untuk bertaubat dengan jari-jemari
penyesalan.
Wal
hasil, hadits di atas membimbing kita untuk senantiasa memiliki dua akhlak hati
; Pertama akan merasa gembira dan syukur akan nikmat Allah. Kedua akan merasa
menyesal akan kelalaian ibadah sehingga menjadi malu kepada Allah SWT.
Allah
mengetahui segalanya.
Pustaka
: Subulus-Salam, Syarah Bulugul Murom - Syekh Ibu Hajar Al-‘Asqolaniy, Juz 4
Hal. 151
NB.
Bergabunglah dengan grup di fesbuk dengan nama MAJELIS DZIKIR
ARBABUL HIJA, konsultasi hukum Islam… terima kasih.
No comments:
Post a Comment
SAMPAIKAN KOMENTAR ATAU KONSULTASI ANDA DI SINI..OK