بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
الطَّلاَقُ مَرَّتَانِ فَإِمْسَاكٌ بِمَعْرُوفٍ أَوْ
تَسْرِيْحٌ بِإِحْسَانٍ وَلا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَأْخُذُوا مِمَّا آتَيْتُمُوهُنَّ
شَيْئًا إِلا أَنْ يَخَافَا أَلاَ يُقِيْمَا حُدُودَ اللهِ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَ يُقِيْمَا
حُدُودَ اللهِ فَلا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا فِيمَا افْتَدَتْ بِهِ تِلْكَ حُدُودُ اللهِ
فَلاَ تَعْتَدُوهَا وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Talaq
(yang dapat dirujuki) ialah dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara
yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu
mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali
kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu
khawatir keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah,
Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri
untuk menebus dirinya[144]. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah melanggarnya.
Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang
zalim. (QS. Al-Baqoroh 229) [144] Ayat Inilah yang menjadi dasar hukum
khulu' dan penerimaan 'iwadh. Kulu' Yaitu permintaan cerai kepada suami dengan
pembayaran yang disebut 'iwadh.
الطَّلاَقُ وَهُوَ حِلُّ
عَقْدِ النِّكاَحِ بِلَفْظِ طَلاَقٍ وَنَحْوِهِ
Talaq adalah melepaskan ikatan pernikahan dengan menggunakan perkataan
talaq atau perkataan lainnya. Shoreh Talaq maksudnya ungkapan Talaq yang jelas,
sedang Kinayah Talaq maksudnya adalah ungkapan Talaq dengan perkataan halus
(sindiran).
يَقَعُ لِغَيْرِ
باَئِنْ طَلاَقُ مُكَلَّفٍ وَمُتَعَدِّ بِسَكَرٍ لاَ مُكْرَهٍ بِمَحْذُوْرٍ بِمُشْتَقِ
طَلاَقٍ وَفِرَاقٍ وَسِرَاحٍ وَتَرْجَمَتِهِ وَأَعْطَيْتُ طَلاَقَكِ وَأَوْقَعْتُ عَلَيْكِ
الطَّلاَقَ
Ketika bukan kategori talaq “BAIN” akan jatuh talaq seorang
mukallaf dan seorang yang mabuk sengaja. Kecuali seorang yang terpaksa karena
ancaman. Dengan menggunakan kata Talaq, Firaq (cerai), Serah (serah) dan
terjemahnya, seperti dengan kalimat “Aku memberikan Talaq kepadamu” atau
kalimat “Aku menjatuhkan Talaq kepadamu” (Ini semua disebut Shoreh Talaq) Catatan
: Talaq Bain adalah cerai habis, tidak bisa ruju’ atau cerai sebab faskh (pembatalan)
nikah.
وَبِكِنَايَةٍ
مَعَ نِيَّةٍ مُقْتَرِنَةٍ بِأَوَّلِهاَ كَأَنْتِ عَلَيَّ حَرَامٌ وَخَلِيَّةٌ وَباَئِنٌ
وَحُرَّةٌ وَكَأُمِّيْ وَياَبِنْتِي وَأَعْتَقْتُكِ وَتَرَكْتُكِ وَأَزَلْتُكِ وَأَحْلَلْتُكِ
وَتَزَوَّجِيْ وَاعْتَدِّي وَخُذِيْ طَلاَقَكِ وَلاَ حاَجَةَ ليِ فِيْكَ وَذَهَبَ طَلاَقُكِ
أَوْسَقَطَ طَلاَقُكِ وَطَلاَقُكِ وَاحِدٌ
Talaq juga adalah jatuh disebabkan Kinayah (perkataan halus,
sindiran) dengan disertai niat talaq di awal perkataan itu. Contohnya “Kamu
buat aku adalah haram”, “Kamu buat aku adalah bebas”, “Kamu buat aku adalah
merdeka”, “Kamu buat aku adalah seperti ibuku”, “Kamu buat aku adalah seperti putriku”,
“Aku akan membebaskan kamu”, “Aku akan membiarkan kamu”, “Aku akan
menghilangkan kamu”, “Aku akan menghalalkan kamu”, “Silahkan kamu menikah”, “Silahkan
kamu menghitung iddah”, “Ambillah talaq kamu”, “Aku sudah tidak membutuhkan
kamu lagi”, “Talaq kamu sudah lenyap”, “Talaq kamu sudah gugur”, “Talaq kamu
sudah tinggal satu” dan lain-lainnya… Catatan : Iddah adalah masa menunda
kosong rahim setelah talaq.
لاَ يَقَعُ
طَلاَقُكِ عَيْبٌ أَوْ نَقْصٌ وَلاَ قُلْتُ كَلِمَتُكَ أَوْ حُكْمُكَ
Talaq tidak jatuh seperti dengan kalimat “Talaq kamu itu cacat”,
“Talaq kamu itu kurang baik”, “Aku mengatakan apa yang kamu katakan”, “Aku
mengatakan apa yang kamu putuskan”, dan lain sebagainya.
وَصُدِّقَ مُنْكِرُ
نِيَّةٍ بِيَمِيْنِهِ وَلَوْ قاَلَ طَلَقْتُكِ وَنَوَى عَدَدًا وَقَعَ مَنْوِيٌّ
Seorang suami yang mengingkari disertai niat maka ia dibenarkan
dengan menyertakan sumpah. Apabila seseorang berkata “Aku menjatuhkan Talaq
kepadamu” lalu dia meniatkan sejumlah talaq, maka jatuhlah talaq sesuai yang
diniatkan itu.
وَيَقَعُ طَلاَقُ
الوَكِيْلِ بِطَلَقْتُ , وَلَوْ قاَلَ ِلآَخَرَ أَعْطَيْتُ طَلاَقَ زَوْجَتِيْ فَهُوَ
تَوْكِيْلٌ , وَلَوْ قاَلَ لَهاَ طَلِّقِى نَفْسَكِ إِنْ شِئْتِ فَتَمْلِيْكٌ
فَيُشْتَرَطُ تَعْلِيْقُهاَ فَوْرًا بِطَلَّقْتُ
Dan jatuh talaq yang diwakilkan, ketika sang wakil mengakatan “Aku
menjatuhkan talaq”. Apabila seorang suami berkata kepada yang lain “Aku
memberikan talaq istriku kepadamu” maka perkataan itu adalah mewakilkan.
Apabila seorang suami berkata pada istrinya “Talaqlah dirimu oleh kamu sendiri
jika kamu mau” maka perkataan ini memberikan kepemilikan talaq kepada istrinya.
Dalam hal keterikatan talaq ini disyaratkan kontinyu dengan menyebutkan kalimat
“Aku menjatuhkan Talaq”.
وَصُدِقَ مُدَّعِي
إِكْرَاهٍ أَوْ إِغْماَءٍ أَوْ سَبْقِ لِساَنٍ بِيَمِيْنِهِ إِنْ كاَنَ ثَمَّ قَرِيْنَةٌ
وَإِلاَّ فَلاَ
Adalah
dibenarkan seorang yang mengaku dalam keadaan di paksa, dalam keadaan tidak
sadar (tanpa sengaja) atau dalam keadaan terpeleset lidah, dengan menyertakan
sumpahnya, itu apabila terdapat pertanda, jika tidak ada pertanda maka tidak
dapat dibenarkan. Allah Mengetahui
Segalanya….
Daftar Pustaka : Kitab Fathul-Mu’in - Syekh
Zaenuddin Al-Malabariy dan Kitab Nihayatuzzein - Syekh Nawawi
Al-Bantaniy
No comments:
Post a Comment
SAMPAIKAN KOMENTAR ATAU KONSULTASI ANDA DI SINI..OK