بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمّنِ الَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah
Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Hikayat ini
diterima dari seorang Ulama besar, yaitu Syekh Abdul Wahid bin Zaed, sebuah
hikayat nyata dari pengalaman sendiri, beliau berkata, kisahnya sebagai berikut
:
Suatu hari saya
sedang berada di atas kapal layar di tengah laut, tiba-tiba datang angin topan
besar menerpa dan menyeret kapal layar yang saya tumpangi, saya bersyukur
selamat namun saya terdampar disebuah pulau, lalu saya pun memasuki pulau itu
untuk lebih menyelamatkan diri.
Setelah masuk
ke pulau itu lebih dalam ternyata di pulau itu ada seorang manusia, saat itu
saya melihat dia sedang menyembah berhala. Setelah cukup lama istirahat dan
menceritakan apa yang baru saja saya alami, saya memberanikan diri berkata ;
“Apakah saudara menyembah berhala ini dan dijadikan Tuhan ? sementara di tempat saya banyak orang yang bisa membuat
Tuhan yang saudara sembah ini ?”. ”Lalu tuhan saudara sendiri siapa ?”, dia
balik bertanya. “Saya menyembah Allah Swt, yaitu Tuhan yang menciptakan ‘Arsy
diatas langit, yang menciptakan hamparan bumi dan yang menciptakkan lautan
luas”, jawab saya mantap.
“Siapa yang mengajarkan sudara seperti itu ?”. dia
seolah ingin lebih tahu. ”Ada utusan-Nya yang sampai kepada kami dan
mengajarkan hal itu”, jawab saya penuh kesungguhan. “Apa yang dikerjakan utusan
Tuhan saudara itu ?”. tanyanya semakin penasaran. “Allah Swt yaitu Tuhan kami,
Dia mengirim utusan-Nya hanya untuk menyampaikan ajaran-Nya”, jawab saya.
“Apakah saudara memiliki tanda-tanda akan kebenaran ada utusan-Nya ?”, tanyanya
dengan pebuh semangat. “Benar, dan tandanya adalah ada firman-firman-Nya
melalui lisan utusan-Nya itu”, jawab saya. “Apa saudara memiliki
firman-firman-Nya itu ?”, tanyanya, ingin lebih banyak tahu.
Kemudian saya
membacakan firman-firman Allah Swt dengan melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an
dari surat Ar-Rahman. Pada saat itu tanpa terasa dia menangis tidak
henti-hentinya, sampai saya selesai dari membacakan surat Ar-Rahman.
“Tidaklah layak
untuk berbuat durhaka kepada pemilik kata-kata ini (Allah Swt)”, katanya, dia
terlihat seolah merasakan getaran hebat dalam
hatinya, mungkin merasa kagum dan terpesona setelah mendengar
firman-firman Allah Swt.
Kemudian saya
memberitahukan tentang Islam dan ajaran tentang Islam kepadanya, lalu tanpa ada
paksaan dan kesulitan berarti, diapun dengan mudah menyatakan diri masuk agama
Islam. Alhamdulillah.
Kemudian saya
mengajak dirinya naik kapal layar yang sebelumnya saya sandarkan di tepi
pantai. waktupun kian semakin larut dan tiba saatnya menjelang tengah malam.
Setelah kami berdua melaksanakan shalat Isya, maka kami bersiap-siap untuk
tidur, ingin beristirahat dari kepenatan.
“Apakah Tuhan
Allah yang saudara ajarkan kepada saya ini juga ikut tidur bersama ?”, di
keheningan malam tanpa diduga dia bertanya seperti itu. “Tidak, Dia tidak
tidur, bahkan Dia yang Maha hidup dan Maha berdiri”, jawab saya tersenyum
merasa senang. “Saudara nampaknya hamba yang kurang baik dan tidak sopan, anda
seenaknya tidur namun Tuhan saudara tidak”, dia mengkritik saya.
Setelah sampai
di pelabuhan, kami hendak berpisah untuk menuju rumah masing-masing. Kami
mengumpulkan uang secukupnya untuk memberi bekal pada dirinya, dengan harapan
dapat lebih menguatkan imannya. Kemudian uang yang telah terkumpul lumayan
banyak itu saya serahkan kepadanya.
“Apa ini ?”,
dia bertanya. “Ini hanyalah uang untuk bekal saudara, kalau-kalau suatu saat
nanti diperlukan”, tatapan saya penuh harap.
“Saudara
mengajarkan saya agama Islam dan menyembah Allah, tapi saudara tidak terlihat mengamalkannya,
sudah sekian lama saya menyembah berhala, menyembah selain Allah, tapi Allah
tidak pernah membiarkan saya sampai kelaparan, lalu apakah setelah saya
menyembah Allah Swt dan saya sekarang mengenal-Nya, kemudian Allah akan
menyia-nyiakan diri saya hingga akan mengalami kelaparan ??”. dia kembali
mengkritik saya, dan keimanannya mulai nampak kuat.
Akhirnya dia
tidak menerima uang dari kami untuk bekal dirinya, saya tersenyum bangga
karenanya, dan saat itu kamipun berpisah.
Setelah
melewati tiga hari dari kejadian itu, saya mendengar khabar bahwa dia jatuh
sakit, kemudian saya menemuninya. “Apakah yang dapat saya bantu?”, saya
menawarkan bantuan.
“Bantuan
saudara telah saya terima, yaitu ketika saudara mengeluarkan saya dari pulau
itu dan mengenalkan saya tentang agama Islam, saya ucapkan terima kasih”,
jawabnya.
Kemudian dia
pun meminta izin untuk tidak diganggu, dia seolah ingin beristirahat, hatinya
nampak tidak berhenti berdzikir. Malam itu saya menemaninya dan tidur
disampingnya, dalam tidur saya bermimpi melihat wanita cantik berada di taman
hijau nan indah, wanita itu berkata : “Lekas bawalah dia ke dalam sorga, saya
sangat merindukannya”. Saya tersentak kaget dan terbangun, kemudian saya
melihat dia, namun tidak terdengar lagi desah nafasnya, ternyata ia sudah
meninggal.
Pagi harinya
saya ikut menguburkan jenazah-nya bersama orang lain. Dan pada malam harinya
saya kembali bermimpi, di dalam mimpi itu saya melihat dia dalam keadaan yang
senang dan mewah, kepalanya mengenakan mahkota emas berlian, dikelilingi para
bidadari cantik rupawan sambil membaca ayat berikut ini :
وَالمَلاَئِكَةُ يَدْخُلُوْنَ عَلَيْهِمْ مِنْ
كُلِّ باَبٍ سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ بِماَصَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
Artinya :
“Sedang para
Malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari setiap pintu sambil mengucapkan Keselamatan
bagi kalian atas kesabaran kalian, dan alangkah baiknya sorga itu menjadi
tempat tinggal”. (QS. Arra’du 22-23)
tammat.
Pustaka : Irsyadul-Ibad, Tanqihul Qaul
No comments:
Post a Comment
SAMPAIKAN KOMENTAR ATAU KONSULTASI ANDA DI SINI..OK