Sahabatku yang aku sayangi dengan tulus, Sepertinya sulit
sekali menemukan orang yang ingin hidup berada dalam lingkaran kemiskinan. Semua
orang nyaris akan berusaha terlepas dari kemiskinan. Mencari kehidupan dengan mengadu
nasib ke negeri orang, mulai dari urbanisai ke kota-kota besar, imigrasi ke berbagai
penjuru dunia, sampai urbanisai ke negri onta. Semua itu berusaha untuk
terlepas dari kemiskinan. Karena kemiskinan khawatir mendekati pada kekufuran,
itulah mungkin sebagar pijakannya.
Padahal semua ikhtiar itu ialah bukan wajib untuk berhasil,
hanya bersifat mengadu nasib. Islam tidak melarang bekerja dan berusaha. Namun
apabila sebuah usaha itu tidak membuahkan hasil dan terpaksa hidup berada dalam
kemiskinan, sebetulnya ada peluang yang sangat baik, ketika mau menghayati dan
mengisi peluang tersebut.. coba saja simak ungkapan Syekh Inu ‘Atho dalam
Al-Hikamnya!
إِنْ أَرَدْتَ وُرُوْدَ المَوَاهِبِ عَلَيْكَ
صَحِّحِ الفَقْرَ وَالفاَقَةَ لَدَيْكَ إِنَّماَ الصَّدَقاَتُ لِلفُقَرَاءِ
Artinya :
Apabila anda menginginkan datangnya karunia Allah SWT,
maka jadikanlah kemiskinan dan kesulitan anda adalah menjadi baik di hadapan
anda. Karena sesungguhnya sedekah itu untuk kaum fakir
Kemiskinan yang menjerat kehidupannya tidak
membuatnya menjerit, akan tetapi di hadapinya dengan baik, tenang dan tidak
menggangunya kewajiban ibadahnya. Karena ada kebaikannya di sana, sebagaimana
firman Allah Swt :
إِنَّماَ الصَّدَقاَتُ لِلْفُقَراَءِ
Artinya :
“Sesungguhnya
zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir” ( QS. At-Taubah 60 )
Diantara sesuatu yang berkaitan dengan dohir ayat
ini adalah sebagaimana kesakian Syekh Ibnu ‘Atho adalah sama dengan pernyataan
sebagian Ulama ahli makrifat sebagai berikut :
صِدْقُ الفَقِيْرِ أَخْذُهُ الصَّدَقَةَ
مِمَّنْ يُعْطِيْهِ لاَمِمَّنْ يُقَبِّلُ إِلَيْهِ عَلَى يَدِهِ فاَلحَقُّ
تَعاَلىَ هُوَ المُعْطِى عَلَى الحَقِيْقَةِ ِلأَنَّهُ جَعَلَهاَ لَهُمْ فَإِنْ
قَبَلَهاَ مِنَ الحَقِّ فَهُوَ الصَّادِقُ فىِ فَقْرِهِ لِعُلُوِّ هِمَّتِهِ
وَمَنْ قَبَلَهاَ مِنَ الوَساَئِطِ فَهُوَ المُتَوَسِمُ بِالفَقْرِ مَعَ رِداَءَةِ
هِمَّتِهِ .
Artinya :
Kebenaran identitas seorang fakir miskin adalah dia
yang merasa mengambil sedekah zakat itu adalah dari Allah Swt sebagai yang
memberinya, bukan merasa dari orang yang membayarkan zakatnya kepada dia,
karena pada hakikatnya Allah Al-Haq yang memberi sedekah itu, karena Allah Swt
menjadikan sedekah zakat itu untuk orang-orang faqir. Dengan demikian apabila
dia merasa menerima sedekah zakat itu dari Allah Swt maka setatus kefakiran
dirinya adalah benar, karena cita dan harapannya tinggi. Namun apabila dia
merasa menerima sedekah itu dari orang yang membayar zakat tersebut, maka dia
adalah seorang fakir palsu karena cita dan harapannya rendah dan hina.
Wal-Hasil, ketika di saat berada dalam kemiskinan, maka
jangan berharap pemberian manusia. Namun sangat boleh berharap ialah kepada
Allah yang Maha kuasa. Walau faktanya pemberian itu datang dari sesama, karena
orang yang memberi itupun dalam memberikan zakat atau sedekahnya dituntut untuk
ikhlas, sampai ada orang yang sedekah tidak ingin menyebutkan nama dirinya. Cukup
dengan nama HAMBA ALLAH.. Subhanallah.. Subhanallah.. Subhanallah.. inilah
hebatnya kekuasaan Allah, yang memberikan karunia kepada mereka yang Allah
tempatkan dalam kemiskinan.
By Kang Dae
No comments:
Post a Comment
SAMPAIKAN KOMENTAR ATAU KONSULTASI ANDA DI SINI..OK