بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
وَالبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ لَكُمْ
فِيْهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا
فَكُلُوْا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا القَانِعَ وَالمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu
sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya,
Maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam Keadaan
berdiri (dan telah terikat). kemudian apabila telah roboh (mati), Maka makanlah
sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya
(yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan
untua-unta itu kepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur. (QS. Al-Hajj 36)
Ayat
tersebut ialah dalil diberlakukannya ibadah qurban dalam istilah agama
dinamakan udhiyyah. Udhiyyah menurut agama ialah nama hewan qurban sebagai
bentuk ibadah kepada Allah, dilakukan pada hari raya idul adha atau tiga hari
tasyriq.
Menurut
pendapat masyhur para Ulama ibadah qurban ini hukmnya sunnah muakkad dan syi’ar
agama, oleh karenanya seorang yang mampu selayaknya menjaga ibadah qurban ini,
bahkan sebagian Ulama ada yang menyatakan bahwa ibadah qurban itu wajib
diantaranya Imam Malik.
Diantara
dalil hadits tentang qurban diantaranya ;
إِذَا
رَأَيْتُمْ هِلاَلَ ذِى الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ فَلْيُمْسِكْ
عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِه
Jika
klian melihat hilal dzilhijjah dan hendak berqurban maka tahanlah dulu rambut
dan kukunya
(HR. Muslim)
Ketika
anda mengetahui tentang qurban maka akan ditemukan bahwa qurban itu sunnah
kifayah (sunnah kolektif) dari satu keluarga dalam memenuhi hak sunnah
semuanya, dan jika mampu dan tidak qurban maka hukunya makruh.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قاَلَ
ياَبُنَيَّ إِنِّى أَرَى فىِ المَناَمِ أَنِّى أَذْبَحُكَ فاَنْظُرْ ماَذاَ تَرَى
قاَلَ يَآَبَتِ افْعَلْ ماَتُؤْمَرُ سَتَجِدُنِى إِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ
الصَّابِرِيْنَ
“Maka tatkala anak itu sampai (ke peringkat
umur sanggup) berusaha bersama-sama Nabi Ibrahim, Nabi Ibrahim berkata :
"Wahai anak kesayanganku! Sungguh aku lihat dalam mimpi bahwa aku akan
menyembelih-mu, maka fikirkanlah apa pendapatmu?" Anak itu (Ismail)
menjawab : "Hai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan pada-mu, Insya
Allah ayah akan dapati daku termasuk orang-orang sabar". (QS.
Ash-Shafaat 102)
Tamsil
yang dicontohkan Nabi Ismail AS, ialah tatkala mendengar perintah ayahnya untuk
menyembelih dirinya merupakan Mujahadah (perjuangan) yang sangat besar. Betapa
ia lebih mementingkan kepentingan Allah SWT daripada kepentingan dirinya.
Rasul
Saw pernah ditanya oleh sahabat, “Wahai rasul, jihad apa yang paling besar?”
Rasul menjawab. “Jihad melawan hawa nafsu”. (HR.
Muttafaq ‘Alaeh)
Penggalan
percakapan tadi mengindikasikan bahwa hawa nafsu adalah faktor paling dominan yang
mempengaruhi prilaku seseorang. Dalam berkurban, kita anak manusia diajarkan
untuk menundukan nafsu, agar lebih melihat saudara yang berada di bawahnya. Di
sini bermain antara sikap egois dengan sikap sosial. Oleh sebab itu, tidak sembarang orang yang berhasil mampu melaksanakan ritual kurban ini.
Untuk itu pula, dalam hadits riwayat Imam Ahmad,
Rasul Saw menegaskan, “Siapa memiliki kelapangan uang, lalu ia tidak
berkurban, maka janganlah ia datang ke tempat shalat kami”.
Sebaliknya, ada berita gembira bagi mereka yang
melaksanakan kurban, Rasul bersabda ;
ماَ
عَمِلَ ابْنُ آَدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبُّ إِلىَ اللهِ مِنْ إِهْرَاقِهِ دَماً وَإِنَّهاَ
لَتَأْتِيْ يَوْمَ القِياَمَةِ بِقُرُوْنِهاَ وَأَظْلاَفِهاَ وَإِنَّ الدَّمَ يَقَعُ
مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكاَنٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ بِالأَرْضِ فَطَيِّبُوْا بِهاَ
نَفْساً
“Tidak ada
perbuatan yang paling disukai Allah pada Hari Raya Haji selain berkurban,
sesungguhnya orang yang berkurban dengan tulus, akan datang pada hari qiyamah
dengan berkendara hewan kurbannya dengan tanduk dan badannya itu (melangkah menuju
sorga) sesungguhnya darah kurban yang mengalir itu akan lebih cepat sampai
kepada Allah daripada (darah itu), jatuh ke bumi. Maka, sucikanlah dirimu
dengan berkurban”. (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah)
Dalam hadits lain disebutkan ;
عَظِّمُوْا ضَحاَيَكُمْ فَإِنَّهاَ عَلَى
الصِّراَطِ مَطاَياَكُمْ
“Carilah hewan yang besar yang
layak disembelih untuk kurban, karena hewan kurban itu akan menjadi kendaraan
yang dikaruniakan kepada kalian saat lewati jembatan Shirotol Mustaqim”. (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah)
Dalam
penjelasan lain, riwayat dari dari Ali ra. ;
مَنْ خَرَجَ مِنْ
بَيْتِهِ إِلىَ شِراَءِ الأُضْحِيَّةِ كاَنَ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ عَشْرُ
حَسَناَتٍ وَمَحاَ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئاَتٍ وَرَفَعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجاَتٍ
“Barang siapa keluar dari rumah
bergegas untuk membeli hewan qurban, maka setiap langkahnya di balas dengan
sepuluh kali kebaikan, di hapus sepuluh macam kesalahan serta akan dinaikkan
kedudukan dan martabatnya 10 (sepuluh) kali lipat. Bukan itu saja, Bahkan ..
وَإِذاَ تَكَلَّمَ
فىِ شِراَئِهاَ كاَنَ كَلاَمُهُ تَسْبِيْحاً وَإِذاَ نَقَدَ ثَمَنَهاَ كاَنَ لَهُ
بِكُلِّ دِرْهَمٍ سَبْعُمِائَةِ حَسَنَةٍ وَإِذاَ طَرَحَهاَ عَلَى الأَرْضِ
يُرِيْدُ دَبْحَهاَ اسْتَغْفَرَ لَهُ كُلُّ خَلْقٍ مِنْ مَوْضِعِهاَ إِلىَ
الأَرْضِ السَّابِعَةِ وَإِذاَ أَهْرَقَ دَمَّهاَ خَلَقَ اللهُ بِكُلِّ قَطْرَةٍ
مِنْ دَمِّهاَ عَشْرَةٌ مِنَ المَلاَئِكَةِ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ إِلىَ يَوْمِ
القِياَمَةِ وَإِذاَ قَسَمَ لَحْمَهاَ كاَنَ لَهُ بِكُلِّ لُقْمَةٍ مِثْلَ عِتْقِ
رَقَبَةٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَعِيْلَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
Apabila
ia menawar hewan qurban maka tawar menawar itu sama halnya dengan membaca
tasbih, apabila terjadi membeli hewan qurban maka satu perak yang dia keluarkan
akan di balas Allah SWT 700 kali lipat kebaikan, apabila hewan qurbannya
dibaringkan untuk disembelih maka setiap makhluk di sekitar tempat sembelih
sampai ke tujuh lapis bumi bagian bawah akan memohon ampunan untuknya, apabila
darah hewan qurbannya menetes maka dari tetesan darah itu Allah menciptakan 10
malaikat yang memohon ampunan untuknya sampai qiyamah, dan apabila daging
qurbannya dibagikan maka setiap suap daging akan mendapat pahala sama dengan
membebaskan budak dari keturunan Ismail AS.
أَللهُ أَكْبَرُ (3×) لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ , أَللهُ
أَكْبَرُ وَِللهِ الحَمْدُ
Wal-hasil, Ibrah atau tauladan yang esensial dari
perjalanan Ismail dan Ibrahim As yang masih sangat relevan untuk kita teladani
saat ini adalah sikap sabar, taat, dan ikhlas dalam ibadah.
Gambaran ketiga sikap ini sangatlah jelas tatkala
keduanya telah berserah diri dan Nabi Ibrahim membaringkan puteranya Nabi
Ismail AS untuk melakukan penyembelihan, dalam Qur’an ;
فَلَمَّآ أَسْلَماَ
وَتَلَّهُ لِلْجَبِيْنِ
“Setelah
keduanya berserah bulat-bulat (men-junjung perintah Allah itu), dan Nabi
Ibrahim merebahkan anaknya dengan meletakkan iringan mukanya di atas tompok
tanah, (Kami sifatkan Ibrahim dengan kesungguhan azamnya itu telah menjalankan
perintah Kami) (QS. As-Shafaat 103)
Tetapi apa yang terjadi ?, atas kebesaran Allah,
Nabi Ismail digantikan seekor hewan sembelihan yang besar. Bahkan, kebaikan
keduanya diabadi-kan dan menjadi pelajaran untuk umat berikutnya.
Di atas itu semua, ditengah krisis global, bahkan
multidimensional, melalui ritual kurban umat Muslim sudah selayaknya bersikap
optimistis akan janji Allah Swt. Yakni, bahwa Allah akan memberikan kemenangan,
kemudahan dan Allah akan memenuhi janjiNya kepada hamba-hamba Nya yang sabar,
taat dan ikhlas.
Para Pembaca yang dirahmati Allah, inilah yang
dapat saya sampaikan. semoga bermanfaat, amien.
No comments:
Post a Comment
SAMPAIKAN KOMENTAR ATAU KONSULTASI ANDA DI SINI..OK