Sunday, October 28, 2012

HIKMAH SHALAT DLUHA


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
مَنْ حَافَظَ عَلَى شُفْعَةِ الضُّحَى غُفِرَتْ لَهُ ذُنُوْبُهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زُبَدِ البَحْرِ
Barangsiapa memelihara dua raka’at shalat Dluha maka semua dosanya diampuni Allah SWT, sekalipun dosa-dosanya itu sebanyak buih lautan. (HR. Turmudzi)

Shalat Dluha
Shalat Dluha ialah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu Matahari sedang naik, yaitu pukul tujuh sampai masuk waktu Dzuhur. Sekurang-kurangnya dua raka’at, boleh empat raka’at, enam raka’at, atau delapan raka’at.

Bacaan surat setiap dua raka’at dalam shalat Dluha, pada raka’at pertama setelah Fatihah boleh Asy-Syamsi dan raka’at kedua Ad-Dhuha, atau raka'at pertama Al-Kafirun dan raka'at kedua Al-Ikhlas.

Niat shalat Dluha 2 raka’at ;
 
أُصَلِّى سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ القِبْلَةِ أَداَءً ِللهِ تَعاَلىَ
“Saya niat shalat sunnah dluha dua raka’at menghadap kiblat, tunai karena Allah”

Apabila melakukan shalat sunnah Dluha lebih dari dua raka’at, hendaknya setiap dua raka’at dengan satu salam, atau empat raka’at dengan satu salam. Ketika dilakukan 4 raka’at 1 salam redaksi niat rok’ataen (2 raka’at) diganti dengan arba’a-roka’atin (4 raka’at).

Niat shalat Dluha 4 raka’at ;

أُصَلِّى سُنَّةَ الضُّحَى أَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ القِبْلَةِ أَداَءً ِللهِ تَعاَلىَ
“Saya niat shalat sunnah dluha empat raka’at menghadap kiblat, tunai karena Allah”

Do’a Shalat Dluha

أَللَّـهُمَّ إِنَّ الضُّحاَءَ ضُحاَءُكَ وَالبَهاَءَ بَهاَءُكَ وَالجَماَلَ جَماَلُكَ وَالقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ , أَللَّـهُمَّ إِنْ كأَنَ رِزْقىِ فىِ السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَإِنْ كاَنَ فىِ الأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَإِنْ كاَنَ مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ وَإِنْ كاَنَ حَرَاماً فَطَهِّرْهُ وَإِنْ كاَنَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحاَءِكَ وَبَهاَءِكَ وَجَماَلِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِى مَآأَتَيْتَ عِباَدِكَ الصَّالِحِيْنَ , بِرَحْمَتِكَ ياَأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ؛

Artinya :
“Ya Allah sesungguhnya waktu dluha itu adalah waktu dluha-Mu, keagungan itu adalah keagungan-Mu, keindahan itu adalah keindahan-Mu, kekuatan itu adalah kekuatan-Mu, kekuasaan itu adalah kekuasaan-Mu, dan perlindungan adalah perlindungan-Mu, Ya Allah jika rezekiku masih di atas langit maka turunkanlah, jika masih di dalam bumi maka keluarkanlah, jika sukar maka mudahkanlah, jika haram maka halalkanlah, jika masih jauh maka dekatkanlah, berkat waktu dluha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, kekuasaan-Mu, karuniakan kepada kami segala sesuatu yang telah Engkau karuniakan kepada hamba-hamba-Mu yang soleh, dengan  segala rahmat-Mu wahai yang paling pengasih diantara yang pengasih, amien”.

Allah mengetahui segalanya.

Saturday, October 13, 2012

BATAS MENGEJAR SATU RAKA'AT


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

مَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ الصَّلاَةِ قَبْلَ أَنْ يَقِيْمَ الإِمَامُ صَلْبَهُ فَقَدْ أَدْرَكَهَا
Barangsiapa mengejar satu raka’at dari shalat sebelum Imam tegak berdiri (dari ruku’)
Maka sesungguhnya ia dinyatakan mengejar satu raka’at. (HR. Muslim)



(وَ) تُدْرَكُ (رَكْعَةٌ) لِمَسْبُوْقٍ أَدْرَكَ الإِمَامَ رَاكِعًا أَوْ فيِ آَخِرِ مَحَلِ قِرَاءَتِهِ بِأَمْرَيْنِ ؛

Dinyatakan mengejar satu raka’at, bagi seorang masbuq yang mengejar Imam. Apabila Imam tersebut dalam keadaan ruku’ atau Imam tersebut berada di akhir posisi bacaan suratnya. Menyandang status mengejar satu raka’at ini ialah apabila memenuhi kedua catatan. Pertama sang Masbuq harus memenuhi Takbiratul-Ikhram dan kedua sang Masbuq harus mengejar ruku Imam yang diperhitungkan, secara sempurna dan yakin. Dengan uraian sebagai berikut :

(بِتَكْبِيْرَةِ الإِحْرَامِ) فَيُكَبِّرُ المَسْبُوْقُ ِللإِحْرَامِ وُجُوْبًا ثُمَّ لِلرُّكُوْعِ نَدْبًا فَإِنْ نَوَاهُمَا بِتَكْبِيْرَةٍ وَاحِدَةٍ مُقْتَصِرًا عَلَيْهَا لَمْ تَنْعَقِدْ صَلاَتُهُ لِتَشْرِيْكِهِ بَيْنَ فَرْضٍ وَسُنَّةٍ مَقْصُوْدَةٍ فَأَشْبَهَ نِيَّةُ الظُّهْرِ وَسُنَّتِهِ

SANG MASBUQ HARUS MEMENUHI TAKBIRATUL IHRAM
Seorang masbuq wajib Takbir untuk Takbiratul Ihram, kemudian sunnah Takbir untuk Ruku’. Apabila dia meniatkan keduanya dengan satu Takbir, dengan tujuan mempersingkat akan Takbir, maka shalatnya tidak mengikat (tidak sah) karena dia mempersekutukan fardu dengan sunnah yg dimaksud. Dan hal tersebut menyerupakan niat dzuhur (fardu) kepada sunnahnya.

(وَ) بِإِدْرَاكِ (رُكُوْعٍ مَحْسُوْبٍ) لِلإِمَامِ بِأَنْ يَكُوْنَ الإِمَامُ مُتَطَهِّرًا فيِ غَيْرِ رَكْعَةٍ زَائِدَةٍ سَهَا بِهَا

SANG MASBUQ HARUS MENGEJAR RUKU’ IMAM YANG DIPERHITUNGKAN
Seorang masbuq wajib mengejar ruku’ yang diperhitungkan di Imam, dari sisi luar (external) seperti Imam ruku’ dalam keadaan suci dan bukan ruku’ pada raka’at lebih dikala Imam mengalami lupa. (Batasan ruku’ yang diperhitungkan dari sisi dalam (internal) ialah ruku’ yang sempurna, dan meyakini imam dalam keadan ruku’)

(تَامٍ) بِأَنْ يَطْمَئِنَّ فيِ رُكُوْعِهِ قَبْلَ ارْتِفَاعِ إِمَامِهِ عَنْ أَقَلِّ الرُّكُوْعِ وَهُوَ بُلُوْغُ رَاحَتَيْهِ رُكْبَتَيْهِ

RUKU’ YANG SEMPURNA : Ialah seorang asbuq bisa melakukan ruku’ dengan thumaninah (diam sejenak kira-kira baca tasbih) sebelum Imam naik dari ruku’ tersingkat, yaitu kedua telapak tangan sampai memegang kedua lututnya.

(يَقِيْنًا) وَيَحْصُلُ اليَقِيْنُ بِرُؤْيَةِ الإِمَامِ فيِ البَصِيْرِ مَعَ الضَّوْءِ أَوْ بِوَضْعِ يَدِهِ عَلَى ظَهْرِهِ فيِ الأَعْمَىْ وَمَنْ فيِ ظُلْمَةٍ أَوْ سِمَاعِهِ تَسْبِيْحَ الإِمَامِ فيِ الرُّكُوْعِ وَلاَ يَكْفِي فيِ ذَلِكَ الظَّنُّ وَلاَ سِمَاعُ صَوْتِ المُبَلِغِ

MEYAKINI IMAM DALAM KEADAAN RUKU’ : Keyakinan ini bisa dengan dasar melihat imam langsung, dikala bisa melihat dan suasana terang. Atau dengan dasar menyentuh tangan masbuq ke punggung Imam, dikala tidak melihat atau dalam keadaan gelap. Atau masbuq mendengar bacaan tasbih Imam dalam Ruku’. Dan di semua itu tidak cukup (tidak sah) hanya karena dugaan saja, bahkan juga tidak sah karena mendengar suara mubalig (penyampai suara imam)

بِخِلاَفِ مَا لَوْ لَمْ يَطْمَئِنَّ أَوْ اطْمَأَنَّ بَعْدَ ارْتِفَاعِ الإِمَامِ عَنْ أَقَلِّ الرُّكُوْعِ أَوْ شَكَّ هَلْ اِطْمَأَنَّ قَبْلَ ذَلِكَ الارْتِفَاعِ ِلأَنَّ إِدْرَاكَ مَا قَبْلَ الرُّكُوْعِ بِالرُّكُوْعِ رُخْصَةٌ فَلاَ يُصَارُ إِلَيْهَا إِلاَّ بِيَقِيْنٍ فَلاَ يَكْتَفِي بِغَلَبَةِ الظَّنِّ خِلاَفًا لِزَرْكَشِي وَيَسْجُدُ الشَّاكُ لِلسَّهْوِ ِلأَنَّهُ شَاكٌ بَعْدَ سَلاَمِ الإِمَامِ فيِ عَدَدِ رَكَعَاتِهِ فَلَمْ يَتَحَمَّلْهُ عَنْهُ

Lain halnya apabila sang masbuq tidak thumaninah (dalam ruku’) atau thumaninah setelah Imam naik dari suku’ paling singkat. Atau masbuq ragu, apakah dia thumaninah sebelum imam naik. Karena terkejarnya apa saja sebelum ruku’ cukup dengan tujuan mengejar ruku’ ialah sebuah dispensai (keringanan) maka keringanan itu tidak akan didapatkan melainkan harus dengan dasar yakin (di ruku’). Tidaklah cukup (tidak sah) mengejar ruku’ apabila hanya berdasarkan dugaan yang kuat. Namun hal ini berbeda dengan pernyataan Al-Imam Zarkasi, (Imam Zarkasi menyatakan sebaliknya). Seorang masbuq yang ragu harus melaksanakan sujud sahwi, karena ragu setelah salam Imam di jumlah raka’atnnya sendiri, karena Imam tidak bisa dinyatakan menanggungnya.

وَإِذَا وُجِدَ لِلإِمَامِ هَذِهِ الشُّرُوْطُ أَدْرَكَ الرَّكْعَةَ وَلَوْ قَصَّرَ بِتَأْخِيْرِ تَحَرُّمِهِ إِلىَ رُكُوْعِ الإِمَامِ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Apabila syarat-syarat tersebut diatas ditemukan pada Imam, maka masbuq dinyatakan mengejar satu raka’at, meskipun sang masbuq mempersingkatnya dengan mengakhirkan Takbiratul-Ihramnya sampai ruku’ Imam, di saat tanpa udzur (halangan) berdasar sabda Nab SAW ;

مَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ الصَّلاَةِ قَبْلَ أَنْ يَقِيْمَ الإِمَامُ صَلْبَهُ فَقَدْ أَدْرَكَهَا

Barangsiapa mengejar satu raka’at dari shalat sebelum Imam tegak berdiri (dari ruku’) Maka sesungguhnya ia dinyatakan mengejar satu raka’at”. (HR. Muslim)


Allah Mengetahui segalanya

Pustaka : Nihayatuz-Zein dan Ksyifatus-Saja, Syekh Nawawi

Friday, October 12, 2012

SYARAT-SYARAT TAKBIRATUL IHRAM




LOKASI MAJELIS DZIKIR ARBABUL HIJA
Insya Allah Setiap hari minggu setelah dzuhur, kajian fiqih Imam Syafe'i. 14 Oktober 2012 besok akan mengupas tentang :
SYARAT-SYARAT TAKBIRATUL IHRAM

(فَصْلٌ) شُرُوْطُ تَكْبِيْرَةِ الإِحْرَامِ سِتَّةَ عَشَرَةَ ؛ أَنْ تَقَعَ حَالَةَ القِيَامِ فيِ الفَرْضِ , وَأَنْ تَكُوْنَ بِالعَرَبِيَّةِ , وَأَنْ تَكُوْنَ بِلَفْظِ الجَلاَلَةِ وَبِلَفْظِ أَكْبَرَ , وَالتَّرْتِيْبُ بَيْنَ اللَّفْظَتَيْنِ , وَأَنْ لاَيُمِدَّ هَمْزَةَ الجَلاَلَةِ , وَعَدَمُ مَدِّ بَاءِ أَكْبَرَ , وَأَنْ لاَيُشَدِّدَ البَاءُ , وَأَنْ لاَيَزِيْدَ وَاواً سَاكِنَةً , أَوْ مُتَحَرِكَةً بَيْنَ الكَلِمَتَيْنِ ، وَأَنْ لاَيَزِيْدَ وَاوًا قَبْلَ الجَلاَلَةِ , وَأَنْ لاَيَقِفَ بَيْنَ كَلِمَتَيْ التَّكْبِيْرِ وَقْفَةً طَوِيْلَةً وَلاَ قَصِيْرَةً ، وَأَنْ يَسْمَعَ نَفْسَهُ جَمِيْعَ حُرُوْفِهَا , وَدُخُوْلُ الوَقْتِ فيِ المُؤَقَّتِ , وَإِيْقَاعُهَا حَالَ الإِسْتِقْبَالِ , وَأَنْ لاَ يَخِلَ بِحَرْفٍ مِنْ حُرُوْفِهَا , وَتَأْخِيْرِ تَكْبِيْرَةِ المَأْمُوْمِ عَنْ تَكْبِيْرَةِ الإِمَامِ

(FASAL) Syarat-syarat Takbiratul-Ikhram ada 16 (enam belas) Pertama, Menjadikan Takbiratul-Ihram saat berdiri dalam shalat fardu. Kedua, Takbiratul-Ihram dengan bahasa Arab. Ketiga,  Takbiratul-Ihram dengan lafadz Allah yang Agung. Keempat, Takbiratul-Ihram dengan lafadz Akbar. Kelima, Tertib berurutan antara dua lafadz tersebut. Keenam, Tidak memperpanjang bacaan Hamzah lafadz Allah. Ketujuh, Tidak memperpanjang huruf Ba pada lafadz Akbar. Kedelapan, Tidak men-Tasydid-kan huruf Ba. Kesembilan, Tidak menambahkan Wau sukun atau Wau ber-harkat antara dua kalimat Takbir. Kesepuluh, Tidak menambahkan huruf Wau sebelum lafadz Allah. Kesebelas, Tidak berhenti di antara dua kalimat takbir, dengan berhenti lama atau sebentar. Kedua belas, Semua suara huruf-huruf Takbir terdengar oleh dirinya sendiri. Ketiga belas, Dalam Takbiratul-Ihram wajib masuk waktu dalam shalat yang memiliki waktu. Keempat belas, Melakukan Takbiratul-Ihram di saat menghadap Kiblat. Kelima belas, Tidak ada yang merusak Takbiratul-Ihram yang di sebabkan tidak benar melafalkan salah satu hurufnya. Keenam belas, Mengakhirkan Takbiratul-Ihram Makmum dari pada Takbiratul-Ihram Imam.


Allah Mengetahui segalanya
Pustaka : Ksyifatus-Saja, Syekh Nawawi

HADIAH SHOLAWAT NARIYAH DAN FATIH

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
إِلىَ حَضَرَةِ النَّبِيِّ المُصْطَفَى وَحَبِيْبِ المُجْتَبَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَسُوْلِ اللهِ T وَعَلَى آلِهِ وَأَوْلاَدِهِ وَأَزْواَجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ وَأَهْلِ بَيْتِهِ وَأَنْصاَرِهِ وَأَهْلِ سِلْسِلَةِ أَنَّ اللهَ يَغْفِرُ لَهُمْ وَيَرْحَمْهُمْ وَيُعْلِى دَرَجاَتِهِمْ فىِ الجَنَّةِ وَيُعِيْدُ عَلَيْناَ مِنْ بَرَكاَتِهِمْ وَأَسْراَرِهِمْ وَأَنْواَرِهِمْ وَعُلُوْمِهِمْ وَنَفَحاَتِهِمْ فىِ الدِّيْنِ وَالدُّنْياَ وَالأَخِرَةِ , الفاَتِحَةَ ؛
إِلىَ أَرْواَحِ أَباَئِهِمْ وَأَزْواَجِهِمْ وَأَوْلاَدِهِمْ وَإِخْوَانِهِمْ مِنَ الأَنْبِياَءِ وَالمُرْسَلِيْنَ وَإِلىَ المَلاَئِكَةِ المُقَرَّبِيْنَ ثُمَّ إِلىَ أَرْوَاحِ ساَدَتِناَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْماَنَ وَعَلِى وَإِلىَ بَقِيَّةِ الصَّحاَبَةِ وَالقَرَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتاَبِعِ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْساَنٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ  
خُصُوْصاً إِلىَ حَضَرَةِ قُطُبِ الغَوْثِ وَمُحْيِ السُّنَّةِ وَالدِّيْنِ إِماَمِناَ وَقُدْوَتِناَ وَسَيِّدِناَ سُلْطاَنِ الأَوْلِياَءِ الشَّيْخِ عَبْدُ القاَدِرْ الجَيْلاَنِى وَالشَّيْخِ أَبِى الحَسَنْ الشَّاذِلىِ وَالشَّيْخِ أَبِى عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدْ بِنْ مُحَمَّدْ بِنْ يُوْسُفْ السَّنُوْسِى قَدَّسَ اللهُ سَرَّهُمْ وَنَفَّعَناَ وَأَزْوَاجَناَ وَأَوْلاَدَناَ وَذُرِّياَتِناَ وَجَمِيْعَ أَهْلِ الإِسْلاَمِ بِهِمْ وَبِبَرْكَتِهِمْ وَبِكَرَماَتِهِمْ وَعُلُوْمِهِمْ آمِيْنَ
خُصُوْصًا إِلىَ صاَحِبِ شَمْسُ المَعاَرِفْ الشَّيْخُ أَحْمَدْ بِنْ عَلِى البُوْنِى وَإِلىَ صاَحِبِ خَزِيْنَةُ الأَسْراَرِ الشَّيْخُ مُحَمَّدْ حَقِىُّ النَّازِلىِ ثُمَّ إِلىَ أَرْوَاحِ الأَئِمَّةِ الأَرْبَعَةِ المُجْتَهِدِيْنَ وَإِلىَ أَوْلِياَءِ اللهِ تَعاَلىَ الصَّالِحِيْنَ فىِ مَشَارِقِ الأَرْضِ وَمَغاَرِبِهاَ حَيْثُ كَانُوْا وَكاَنَ الكاَئِنُ , الكاَئِنُ وَخُصُوْصًا إِلىَ سِلْسِلَةِ النَّارِيَّةِ وَمَشاَيِخِهِ نَفَّعَناَ اللهُ بِهِمْ ؛ الفاَتِحَةْ

SHOLAWAT NARIYAH

أَللَّـهُمَّ صَلِّ صَلاَةً كاَمِلَةً وَسَلِّمْ سَلاَماً تاَماً عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ نِ الَّذِى تَنْحَلُ بِهِ العُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الحَوَائِجُ وَتُناَلُ بِهِ الرَّغاَئِبُ وَحُسْنُ الخَوَاتِمِ وَيَسْتَسْقَى الغَماَمُ بِوَجْهِهِ الكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فىِ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ

Sambung ke do’a ISHOL di bawah…

Tambah berikut dalam hadiah Sholawat Fatih

خُصُوْصًا إِلىَ صاَحِبِ شَمْسُ المَعاَرِفْ الشَّيْخُ أَحْمَدْ بِنْ عَلِى البُوْنِى وَإِلىَ صاَحِبِ خَزِيْنَةُ الأَسْراَرِ الشَّيْخُ مُحَمَّدْ حَقِىُّ النَّازِلىِ ثُمَّ إِلىَ أَرْوَاحِ الأَئِمَّةِ الأَرْبَعَةِ المُجْتَهِدِيْنَ وَإِلىَ أَوْلِياَءِ اللهِ تَعاَلىَ الصَّالِحِيْنَ فىِ مَشَارِقِ الأَرْضِ وَمَغاَرِبِهاَ حَيْثُ كَانُوْا وَكاَنَ الكاَئِنُ وَخُصُوْصًا إِلىَ سِلْسِلَةِ التِيْجاَنِى وَمَشاَيِخِهِ نَفَّعَناَ اللهُ بِهِمْ ؛ الفاَتِحَةْ

SHOLAWAT FATIH

أَللَّـهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نِ الفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ نَاصِرِ الحَقَّ بِالحَقِّ وَالهَادِي إِلىَ صِرَاطِكَ المُسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ

Setiap selesai Sholawat apa saja hendaknya membaca Do’a Ishol, diantaranya seperti :

أَللَّـهُمَ اجْعَلْ صَلَواَتِكَ وَبَرَكاَتِكَ عَلَى سَيِّدِ المُرْسَلِيْنَ وَإِماَمِ المُتَّقِيْنَ وَخاَتِمِ النَّبِيِّيْنَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ إِماَمِ الخَيْرِ وَقاَئِدِ الخَيْرِ وَرَسُوْلِ الرَّحْمَةِ أَللَّـهُمَّ ابْعَثْهُ المَقاَمَ المَحْمُوْدَ الَّذِيْ يَغْبِطُهُ فِيْهِ الأَوَّلُوْنَ وَالأَخِرُوْنَ , آمِيْنَ

Allah mengetahui segalanya

Tuesday, October 9, 2012

PANDAI MENGHARGAI KARUNIA


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
أُنْظُرُوْا إِلىَ مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلىَ مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ
Pandangilah orang yang lebih rendah dari pada kalian
Dan jangan pandangilah orang yang lebih tinggi diantara kalian. (HR. Bukhori Muslim)
                                                                          
Hadits ini menganjurkan kita untuk memiliki akhlak yang baik menurut agama, bagaimana kita seharusnya memandang terhadap orang lain ketika terikat kondisi sosial dalam dunia ini. Tujuannya agar anda tidak sampai merendahkan kenimatan yang Allah karuniakan kepada anda, karena itu dosa.

وَالمُرَادُ بِمَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنَ النّاَظِرِ فيِ الدُّنْياَ ؛

Yang dimaksud dengan akhlak dari dari memandang orang yang lebih rendah ialah dalam hal dunuiawi, diantaranya ;

Pertama ;
فَيَنْظُرُ إِلىَ المُبْتَلَى بِالأَسْقاَمِ وَيَنْتَقِلُ مِنْهُ إِلىَ ماَ فَضُلَ بِهِ عَلَيْهِ مِنَ العاَفِيَةِ الَّتِي هِيَ أَصْلُ كُلِّ إِنْعاَمٍ

Pandangilah orang-orang yang tertimpa musibah, seperti orang-orang yang sedang sakit. Kemudian alihkan pandangan anda kepada diri anda sendiri yang sedang dalam keadaan sehat. Sedang kesehatan itu sumber dari segala kenikmatan, karunia dari Allah SWT.

Kedua ;
وَيَنْظُرُ إِلىَ مَنْ فيِ خَلْقِهِ نَقْصٌ مِنْ عُمْىٍ أَوْ صَمَمٍ أَوْ بُكْمٍ وَيَنْتَقِلُ إِلىَ ماَ هُوَ فِيْهِ مِنَ السَّلاَمَةِ عَنْ تِلْكَ العاَهاَتِ الَّتِي تَجْلِبُ الهَمَّ وَالغَمَّ

Pandangilah orang-orang yang mengalami kekurangan fisik, atau cacat tubuh, seperti buta, tuli atau bisu. Kemudian alihkan pandangan anda kepada diri anda sendiri yang lebih baik atau tidak mengalami cacat tubuh. Yang keadaan seperti itu akan mengundang resah dan gelisah.

Ketiga ;

وَيَنْظُرُ إِلىَ مَنْ ابْتُلِيَ بِالدُّنْياَ وَجَمْعِهاَ وَالاِمْتِناَعِ عَمَّا يَجِبُ عَلَيْهِ فِيْهَا مِنَ الحُقُوْقِ وَيَعْلَمُ أَنَّهُ فَضُلَ بِالإِقْلاَلِ وَأَنْعَمَ عَلَيْهِ بِقِلَّةٍ تَبِعَةِ الأَمْوَالِ فيِ الحاَلِ وَالمَآَلِ

Pandangilah orang-orang yang terkena musibah dengan mencari harta kekayaan dan menimbunnya sehingga tidak sempat untuk melakukan kewajiban-kewajiban kepada Allah. Sedang kita tahu, bahwa sangsi orang yang demikian ialah neraka. Kemudian pandangilah diri kita sendiri yang mengalami keterbatasan harta kekayaan tapi masih dapat memenuhi kewajiban kepada Allah,sebuah karunia besar yang patut disyukuri sekarang dan kelak.

Keempat ;

وَيَنْظُرُ إِلىَ مَنْ ابْتُلِيَ بِالفَقْرِ المُدْقَعِ أَوْ الدِّيْنِ المُفْظَعِ وَيَعْلَمُ ماَ صاَرَ إِلَيْهِ مِنَ السَّلاَمَةِ مِنَ الأَمْرَيْنِ وَتَقِرُّ بِماَ أَعْطاَهُ رَبُّهُ العَيْنَ

Pandangilah orang yang sedang tertimpa musibah dengan kefakiran yang lalai dalam ibadah, juga orang yang tertimpa musibah kebodohan adalam agama. Sedang kita tahu, bahwa selamat dari kedua musibah itu akan timbul rasa syukur dan mengundang tambahan kenikmatan.

وَماَ مِنْ مُبْتَلَى فيِ الدُّنْياَ بِخَيْرٍ أَوْ شَرٍّ إِلاَّ وَيَجِدُ مَنْ هُوَ أَعْظَمُ مِنْهُ بَلِيَّةً فَيَتَسَلَّى بِهِ وَيَشْكُرُ ماَ هُوَ فِيْهِ مِمّاَ يَرَى غَيْرَهُ ابْتُلِيَ بِهِ

Tidak semata-mata tertimpa musibah di dunia, baik atau buruk. Kecuali ia akan menemukan orang yang lebih besar dari musibah itu. Ketika itu di hayati maka akan timbul rasa syukur dari orang yang memandangnya.

Kelima ;

وَيَنْظُرُ مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فيِ الدِّيْنِ فَيَعْلَمُ أَنَّهُ مِنَ المُفْرِطِيْنَ فَبِالنَّظْرِ الأَوَّلِ يَشْكُرُ ماَ ِللهِ عَلَيْهِ مِنَ النِّعَمِ وَبِالنَّظْرِ الثَّانِيْ يَسْتَحِي مِنْ مَوْلاَهُ وَيَقْرَعُ باَبَ المُتاَبِ بِأَناَمِلِ النَّدَمِ فَهُوَ بِالأَوَّلِ مَسْرُوْرٌ بِنِعْمَةِ اللهِ وَفيِ الثّاَنِي مُنْكَسِرَ النَّفْسِ حَياَءً مِنْ مَوْلاَهُ

Pandangilah orang yang lebih tinggi dalam agamanya, sehingga kita akan mengakui kelalaian kita dalam beragama. Pandangan kepada yang lebih rendah dalam hal dunia, yaitu bagaian pertama hadits, akan menimbulkan rasa syukur. Pandangan kepada yang lebih tinggi dalam hal agama akan merasa malu akan kekurangan dan kelalaian dalam beribadah. Sehingga terketuk hatinya untuk bertaubat dengan jari-jemari penyesalan.

Wal hasil, hadits di atas membimbing kita untuk senantiasa memiliki dua akhlak hati ; Pertama akan merasa gembira dan syukur akan nikmat Allah. Kedua akan merasa menyesal akan kelalaian ibadah sehingga menjadi malu kepada Allah SWT.

Allah mengetahui segalanya.

Pustaka : Subulus-Salam, Syarah Bulugul Murom
Syekh Ibu Hajar Al-‘Asqolaniy, Juz 4 Hal. 151

KONSULTASI HUKUM ISLAM

KAJIAN HARI SABTU

KAJIAN HARI MINGGU

TADARUS MALAM RABU

SYARAH SAFINATUN-NAJA

SYARAH SAFINATUN-NAJA
TERJEMAH KASYIFATUS-SAJA SYARAH SAFINATUN-NAJA

WASPADAI BELAJAR TANPA GURU

WASPADAI BELAJAR TANPA GURU
Ketika mendapatkan ilmu agama Islam tanpa bimbingan guru Maka jelas gurunya syetan, bahkan kesesatan akan lebih terbuka lebar Waspadailah belajar agama Islam tanpa bimbingan guru. Nah, apakah anda punya guru? .. kunjungilah beliau…!! Apabila ingin mendapat ilmu manfaat dan terjaga dari kesesatan

SILSILAH GURU AHMAD DAEROBIY (KANG DAE)